Rabu, 24 Oktober 2012

Jadi Guru Sukses dengan Konsep Diri Positif

Pada suatu negeri antah berantah hiduplah seekor  elang muda dengan induk angkatnya. Kebetulan dalam cerita ini induk dan saudara angkatnya berjenis  ayam. Beberapa bulan yang lalu si induk ayam sedang mengais makan di pinggir hutan. Secara tidak sengaja si induk ayam menemukan sebutir telur. Rasa keibuannya mengerakkan langkahnya untuk mengerami telur tersebut. Beberapa hari setelah itu telurpun menetas dan lahirlah anak elang dengan segala perbedaan fisik. Tubuhnya  lebih besar dari anak-anak ayam pada umumnya.
.......................................................
Dengan rasa kasih dan sayang si induk ayam membesarkan si Elang. Anak elang tumbuh bersama keluarga ayam. Dia diajar cara mencari makan seperti ayam-ayam mencari makan, mengais tanah untuk menemukan cacing, biji-bijian dan sisa-sisa makanan. Induk ayampun mengajarkan si Elang berkotek-kotek, berjalan dan berlarian ala ayam. Singkat cerita anak elang itu kini telah menjadi ayam, mengais mencari makan, berkotek dan berjalan serta bermain seperti ayam pada umumnya.
Masa terus berganti. Anak elang kini tumbuh remaja. Kerap waktu mudanya dihabiskan bermain-main bersama saudara ayamnya dengan sukacita. Ketika asyik bermain, tanpa senggaja matanya menangkap pergerakan di udara. Seekor elang dewasa tengah menari di udara. Elang dewasa itu melakukan manuver indah, membubung, menukik dan meliuk-liuk di angkasa. Terasa asyik, bebas dan perkasa.

Bergegas elang muda menyudahi permainannya. Ada rasa ingin tahu tentang makhluk apa yang tadi terbang bebas di angkasa. Tanya ingin segera dijawab. Sampailah dia bertemu ibu ayamnya. “Ibu, baru saja aku melihat sosok yang luar biasa, terbang di angkasa sedemikian perwira. Seolah menguasai jagad raya?” Tanya elang muda. Sesaat, si Ibu mencerna maksud pertanyaan dan kemudian menjawab,” Oh makhluk itu elang, sang penguasa angkasa, anak ku.” Dengan nafas yang memburu, kembali elang muda bertanya,” bisakah aku terbang bebas, membubung, menukik dan meliuk-liuk seperti makhluk itu, ibu?”
Ibu ayam menghela napas panjang. Dia menatap elang muda sedalam-dalamnya tatap. “Anakku sayang, kita bangsa ayam telah ditakdirkan hanya sampai di tanah ini kemampuan kita. Kita mengais dan berkotek. Kita tidak akan pernah bisa terbang seperti makhluk penguasa angkasa itu.” Ibu ayam berkata sambil mengusapkan kepalanya ke elang muda sebagai tanda kasih dan sayangnya. Induk ayam menangkap kegalauan dari asa yang membubung tinggi di angkasa. Asa hilang lenyap sebatas mata memandang.
Elang muda kini menyadari bahwa terbang adalah suatu kemustahilan. Dia hanya menyadari bahwa dia adalah seekor ayam yang ditakdirkan hanya bisa mengais makanan dan berkotek. Dia lepas asanya daan kembali ke kehidupan ayamnya, bermain bersama teman-teman ayamnya. Sampai saatnya tiba, elang muda berangsur tua dengan perilaku ayam terus melekat sangat erat.
Walau elang muda dianugerahi oleh Sang Pencipta dua kaki dengan cakar-cakar yang kuat, bulu yang lebat anugerah itu berbuah kesia-siaan. Stempel ayam sedemikian melekat dan mematikan potensi diri yang sejatinya elang, penguasa angkasa.
Cerita tadi menyadarkan kita bahwa setiap siswa memiliki potensi yang luar biasa. Dengan modalitas yang berbada-beda pada hakekatnya mereka siap ditempa menjadi hebat. Tinggal sekarang bagaimana upaya kita menuntun mereka untuk memiliki konsep diri positif.

Konsep Diri
Apa kaitan konsep diri dengan keberhasilan?
Guru sejak awal hendaknya membangun komitmen untuk mulai berupaya membangun konsep diri positif siswa. Ini juga tugas kita sebagai guru.
Konsep diri adalah perasaan, pandangan dan harapan kita terhadap diri kita sendiri. Konsep diri terdiri dari 3 (tiga) bagian; Harga Diri, Citra Diri dan Diri Ideal. Harga diri adalah perasaan bahwa kita adalah pribadi yang cakap, mampu dan memiliki keunggulan dan kekuatan. Citra Diri adalah pandangan positif kita terhadap diri sendiri. Dan Diri Ideal adalah harapan dan keinginan kita untuk menjadi pribadi seperti apa di masa depan kelak.
Konsep diri positif akan membawa seseorang kepada pencapaian tujuan dan kesuksesan. Sebaliknya konsep diri negative membawa kita pada kegagalan. Dalam hal ini guru perlu berjuang agar setiap siswa di ruang kelasnya  memiliki konsep diri yang positif sehingga gairah belajar siswa tetap terjaga dan proses pembelajaran diri dapat dilalui dengan suka cita.
Siswa yang memandang dirinya tak berharga karena sering diabaikan dalam kehidupannya biasanya tidak percaya diri ketika belajar. Siswa yang meyakini bahwa dia tidak cakap dan mampu memahami semua pelajaran pun akan jauh dari kesuksesan belajar. Demikian juga halnya dengan siswa yang tidak jelas mau menjadi apa di masa depannya. Biasanya ketidakjelasan ini akan membuat mereka terombang-ambing dalam belantara kehidupan.
Guru perlu sering mengajak siswa berbincang-bincang di luar kelas tentang keistimewaan yang mereka miliki dalam upaya meningkatkan citra diri. Guru perlu menyampaikan kepada siswa bahwa mereka bisa mengerti pelajaran dan mendemonstrasikan keterampilan dalam pembelajaran asal mereka gigih dan sabar. Guru pun perlu memberi inspirasi kepada siswa tentang penting memiliki cita-cita. Everything is possible! Konsep ini perlu ditanamkan kepada mereka. Mereka bisa berates kali lebih hebat dari pada orang-orang terdekat mereka. Mereka bisa menjadi tokoh-tokoh yang tidak hanya sekedar berada di tingkat nasional tapi lebih tinggi lagi internasional.
Bayangkan kebahagian guru ketika mampu melahirkan orang-orang hebat yang akan menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara republic ini. Wow, amazing! Jangan menjadi seperti induk ayam yang telah mematikan potensi elang muda untuk terbang, membubung, menukik dan meliuk-liuk di angkasa. Walau si Elang muda punya potensi yang luar biasa potensi itu mati hanya karena perkataan. Hati-hatilah dalam berkata-kata terutama yang menyangkut stempel diri siswa. Jangan pernah menyebut siswa bodoh. Siswa itu bisa menjadi betul-betul bodoh karena ucapan kita. (diolah dari: Indra Muis/ganesha)

Tidak ada komentar: