Kamis, 16 Februari 2012

Ingin Lulus, Guru Harus Belajar

50 Ribu Peserta Uji Kompetensi Dipastikan Gugur!
Ini kebijakan baru. Sebelum mengikuti sertifikasi 2012, para guru harus diuji kompetensi dulu. Uji kopetensi ini digunakan sebagai Gate-way (pintu gerbang) memasuki sertifikasi guru. Pelaksanaannya dijadwalkan pada tanggal 25 Februari 2012.
............................................
Pelaksanaan uji kompetensi bagi calon peserta sertifikasi guru semakin dekat. Ujian ini bakal digelar 25 Februari 2012. Badan Pengembangan Sumber Daya Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP) sudah menyebar 300 ribu kuota peserta uji kompentensi. Dari jumlah ini ditetapkan kuota kelulusan sebesar 250 ribu. Artinya 50 ribu guru peserta uji kompetensi dipastikan gugur.
Kepala BPSDMP-PMP Syawal Gultom mengatakan, uji kompetensi tahun ini adalah pelaksanaan yang pertama. Ujian untuk mengukur tingkat kompetensi para guru sebelum ikut sertifikasi ini ditetapkan digelar serentak seluruh Indonesia pada 25 Februari 2012.

Sistem Peringkat
Gultom menerangkan, pada pelaksanaan uji kompetensi periode perdana ini, pihak-nya menggunakan sistem pemeringkatan. Jadi, seluruh peserta dari penujuru Indonesia adakan diperlakukan sama dalam peni-laian. Selainjutnya, mereka akan diranking dari mulai yang tertinggi hingga terendah.
“Peserta di urutan 251 ribu ke bawah, tidak lolos ujian,” katanya. Ini merujuk pada kuota sertifikasi guru tingkat nasional sebesar 250 ribu orang.
Pihak BPSDMP-PMP sendiri memang memberikan kuota peserta uji kompetensi lebih besar dibandingkan daya tampung sertifikasi guru. Alasannya, kata Gultom, sehingga ada kompetensi yang terjadi antar sesama guru.
“Jika jumlahnya disamakan, berarti seluruh peserta uji kompetensi lulus semua,” katanya. Jika peserta uji kompetensi lulus semua, Gultom mengatakan tidak bisa mengukur seberapa besar kemampuan guru.
Dalam pelaksanaannya nanti, Gultom mengatakan hampir sama dengan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dimana peserta akan mengikuti ujian di beberapa ruang kelas yang sudah disiapkan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) provinsi bekerja sama dengan perguruan tinggi. Selain itu, kata Gultom, panitia di tingkat daerah juga sudah menja-lin kerjasama dengan kepolisian setempat. Dia menegaskan akan menggunakan sistem pengamanan berlapis untuk melindungi dari potensi kebocoran soal.
Soal yang akan dikerjakan nantinya tidak sama antar semua guru. Soal dibagikan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu guru bersangkutan.
“Bagi guru bidang studi matematika, ya soalnya matematika,” ucap Gultom. Begitu pula dengan guru kelas di tingkat SD, soal akan disesuaikan dengan kurikulum kelas yang diajar setiap hari.
Gultom mengatakan, meski akhirnya penilaian menggunakan sistem pemering-katan, tetap akan mempertimbangan penye-baran guru. Dia menjelaskan, peserta yang lolos nanti tidak hanya fokus di pulau tertentu saja. “Peserta yang lolos harus menyebar, sesuai dengan kondisi pendidikan di daerah tertentu,” katanya. Gultom juga menjamin pelaksanaan uji kompetensi ini jauh dari praktek KKN.

Harus Belajar
Gultom meminta para guru tidak perlu menanggapi dengan berlebihan uji kompetensi ini. Dia mengakui jika selama ini banyak penolakan terhadap pelaksanaan uji kompetensi ini. Alasannya, uji kompetensi dianggap upaya menghambat guru untuk mengikuti sertifikasi guru. Kekhawatiran ini terutama bakal dihadapi guru-guru senior.
Sementara itu Mendikbud, Muhammad Nuh meminta agar para guru tidak perlu resah dan galau. Saat menggelar telekonferensi dengan tujuh provinsi sekaligus di Situation Room Kemendikbud Jakarta, belum lama ini, ia menegaskan, guru yang selalu memberikan ujian untuk siswanya tidak perlu takut jika diuji balik.
Mulai saat ini, jika ingin lulus, guru-guru calon peserta sertifikasi guru harus mulai rajin belajar. “Guru yang selalu memberikan ujian untuk siswanya tidak perlu takut jika diuji balik.” ujarnya. Siapa yang mau terus mengajar, maka harus belajar.
Dalam uji kompetensi ini, akan diukur empat kompetensi yang harus dipenuhi guru. Yaitu kompetensi akademik, pedagogik, sosial, dan profesi. Dengan kondisi ini, Nuh menjelaskan Kemendikbud bersikukuh melaksanakan uji kompetensi. Mereka menghiraukan desakan dari organisasi profesi guru yang menginginkan uji kompetensi dibatalkan. Nuh berujar uji kompetensi ini akan dihentikan jika di kemudian hari ditemukan alat yang tepat untuk mengukur kompetensi guru.
Ia juga menuturkan, para guru tidak perlu khawatir untuk ikut uji kompetensi ini. Sebab, jika dalam pelaksanaan uji kompetensi perdana ada guru yang tidak lolos, akan diberi kesempatan ujian ulangan hinggal empat kali. Di sela-sela ujian ulangan ini, para guru akan dibimbing intensif.
(agus ponda/ganesha/jps)

Kelola Gaji, Kurangi Hutang

Menyoal Keuangan Keluarga Guru
Berbicara masalah gaji, seperti bicara masalah aurat. Memalukan bagi sebagian orang, namun membanggakan bagi yang lain. Semuanya tergantung persepsi masing-masing. Dan tentu saja kondisi riil Anda.
……………………………..
Bagaimana dengan masalah jumlah gaji PNS, terutama guru? Akhir-akhir ini gaji PNS guru sering menimbulkan kecemburuan sosial. Seorang tetangga yang biasanya tidak pernah ngurusin urusan tetangga sampai tergoda untuk bertanya, “Katanya gaji guru sekarang besar, ya?”
Lima atau sepuluh tahun yang lalu, profesi guru hanya menjadi cita-cita bagi sebagian kecil orang. Sekarang, tiba-tiba banyak orang ingin menjadi guru. Tentu saja ini kabar yang bagus sekali bila diimbangi dengan semangat guru, dan tentu saja pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Karena kian bertambahnya gaji guru PNS, kini banyak orang tergelitik untuk mengung-kap rahasia gaji seorang guru PNS. Mereka ingin tahu rahasia dompet abdi negara yang satu ini. Lalu sebenarnya, berapa sih, gaji seorang guru PNS di Indonesia?
Pada tahun 1997, gaji pokok guru (pendidikan S1) dengan status Calon PNS bujangan (tidak ada tanggungan), golongan III/a masa kerja 0 tahun 0 bulan adalah Rp 120.160,- dengan tunjangan fungsional guru sebesar Rp 45.000. Pada tahun 1998, status PNS golongan III/a masa kerja 1 tahun 2 bulan mendapatkan gaji pokok Rp 241.800 dengan tunjangan fungsional guru Rp 55.000,-
Pada tahun 2000, status PNS golongan III/b masa kerja 3 tahun 2 bulan memperoleh gaji pokok Rp. 264.100,- dengan tunjangan fungsional guru masih Rp 55.000. Lalu pada tahun 2003 melonjak, status PNS golongan III/c masa kerja 6 tahun 2 bulan memperoleh gaji pokok Rp 1.051.400. Kemudian pada tahun 2006 status PNS golongan III/d masa kerja 9 tahun 8 bulan memperoleh gaji pokok Rp 1.288.600,- dengan tunjangan fungsional guru Rp.327.00,-
Pada tahun 2009 status PNS golongan IV/a masa kerja 12 tahun 8 bulan memperoleh gaji pokok sebesar Rp 2.260.400,- dengan tunjangan fungsional guru sebesar Rp 389.000. Nah, mulai tahun 2007, pemerintah membuat kebijakan untuk memberikan tunjangan profesi sebesar 1 kali gaji pokok bagi yang sudah tersertifikasi. Artinya khusus yang sudah lulus sertifikasi, pendapatannya naik 100%!
Kita bisa membaca perjalanan sang gaji dari tahun ke tahun, dan kita juga bisa menghitung kekayaan seorang guru PNS. Apabila seorang guru PNS mempunyai istri PNS juga, maka penghasilan mereka akan semakin besar karena selain mendapatkan gaji dobel (istri dan suami) masih ditambah dengan tunjangan istri 10% dan anak 2% dari gaji pokok.

Terus Berhutang?
Apakah gaji sebesar itu cukup, kurang, atau bahkan lebih? Masalah cukup atau kurang, sebenarnya tergantung pola hidup dan manajemen masing-masing keluarga, karena semua kekuasaan keuangan itu tergantung pada masing-masing. Masalah uang adalah bagaimana kita mengelolanya, dan semuanya ada pada pilihan masing-masing.
Namun dengan gaji sebesar itu, haruskah PNS berhutang? Atau justru harusnya mereka segera mengikis habis hutang-hutangnya selama ini?
Ada yang bilang seseorang punya hutang itu hal yang wajar. Manusia yang punya hutang, maka hidupnya akan tambah asyik dalam arti positif. Kalau mempunyai hutang, hidup terasa ada tantangan. Minimal lebih giat bekerja untuk membayar hutang.
Malah konon, sungguh aneh jika seorang PNS tidak menggadaikan gaji di bank, itulah anggapan banyak orang. Ada sebagian orang yang tidak menggadaikan SK di bank karena punya usaha lain sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak perlu berhutang. Ada sebagian yang memang pendapatan keluarga hanya dari pekerjaannya sebagai PNS, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merasa “perlu” untuk berhutang. Akibat banyak yang menganggap, dari sekian banyak kelompok pegawai, kelompok pegawai guru PNS-lah yang paling “kacau” dalam mengelola keuangannnya.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk men-diskreditkan guru PNS yang “suka” berhu-tang, tapi lebih kepada sharing pengala-man. Dalam Islam kita coba memaknai salah satu hadits nabi yang berbunyi:
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung karena hutangnya, sampai ia dibayarkan.” (HR: at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).
Seorang PNS dengan suami PNS yang berusaha hidup bersahaja dengan gaji yang didapat, dan mencoba untuk tidak terlalu melihat ke atas, tapi tidak juga selalu melihat ke bawah. Dan salah satu hadits di atas sebenarnya dapat kita pegang untuk tetap istiqomah dengan apa yang kita yakini.
Menurut Islam, hutang itu sungguh berat tanggung jawabnya, dan bisa merisaukan hati terlebih bila itu dilakukan bukan berdasarkan kebutuhan. Namun bila sudah berhutang, kata Rasululloh, membayar hutang itu ibadah.
Kalau orang hutang karena tidak punya beras untuk makan, itu bisa dimaklumi. Tapi kalau hutang untuk beli rumah bagus yang mahal, padahal sudah punya rumah, atau beli mobil tanpa jelas untuk apa terus-menerus naik mobil, dan beli barang-barang mewah, itu tidak termasuk dalam kriteria perlu berhutang. Bukankah nabi mengajarkan kita untuk hidup sederhana?
Zaman sekarang kehidupan cenderung materialistik. Kemajuan seolah diukur karena keberadaan wujud benda berupa kekayaan materi. Sandang, papan, bahkan pangan bisa dinilai dan mencerminkan tingkat ekonomi sebuah keluarga. Orang makin giat mengejar kekayaan dunia demi ‘kenikmatan’ hidup di dunia pula. Banyak yang tergoda mengejar kemudahan dan kenyamanan , bahkan gengsi hidup. Kalaupun tak mampu dalam waktu singkat, jurusnya berhutang bin kreditan. Kini, pilihannya tinggal pada Anda juga.

Bersyukur
Syukur, itu yang ingin harus kita aplikasikan. Lalu kelolalah keuangan keluarga dengan baik dan cermat. Gaji harus membuat kondisi keuangan keluarga stabil. Pendapatan dan pengeluaran harus rasional. Dahulukan kebutuhan yang teramat penting dan hindari pengeluaran uang yang tidak perlu. Jangan besar pasak daripada tiang. Kalaupun hingga kini masih punya tanggungan hutang ke seseorang atau ke bank, segera lunasi dan mulailah ke roda ekonomi keluarga yang sudah sehat tanpa hutang di sana-sini.
Yang jelas, bahwa dengan mengelola yang Allah berikan kepada kita, dan merasa cukup dengan apa yang Dia berikan, kita bisa menjauhi hutang. Cukup dan kurang itu relatif. Kita bisa merasa cukup walaupun orang lain melihat kita kurang. Misalnya? Kita jalan kaki, bersyukurlah karena kita punya kaki yang sehat untuk berjalan. Ada orang lain yang kakinya patah, cacat, bahkan ada yang tidak punya kaki sejak lahir.Kita naik sepeda, bersyukurlah karena banyak orang hanya mampu jalan kaki. Kita punya motor, bersukurlah karena orang lain hanya mampu beli sepeda., dan seterusnya dan seterusnya. Tidak berarti kita harus selalu melihat ke bawah, sesekali juga kita boleh melihat ke atas untuk memacu kita agar lebih bergairah lagi untuk bekerja dan berkarya.
Jadi, seberapa besarpun harta yang kita punya, kalau kita selalu bersyukur, mudah-mudahan kita terhindar dari hutang. Malah dengan uang yang ada kita masih bisa bersedekah. Oke?
(agus ponda/mbkrt/ganesha)

Duh, Ribuan Guru Gagal Lulus Sertifikasi Rayon X

Sertifikasi guru 2011 di Rayon X Jawa Barat geger. Pasalnya sekitar dua ribu guru peserta sertifikasi dinyatakan tidak lolos sertifikasi. Para guru pun gusar.
...........................................
Ketidaklulusan ribuan guru di Rayon X Jabar dalam sertifikasi guru 2011, akhirnya dipertanyakan oleh guru-guru yang tidak lulus. Mereka rela berbondong-bondong mendatangi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai tim penilai uji sertifkasi, Rabu (18/1).
Sejak pagi, guru-guru yang berasal dari daerah ini berkumpul di UPI. Awalnya mereka akan audiensi di Sekretariat UPI. Namun karena jumlah guru yang semakin banyak, maka pertemuan dialihkan ke Gedung Gymnasium. Guru-guru tersebut bersikukuh meminta transparansi data ketidaklulusan mereka.
Ratusan guru itu mempertanyakan alasan ketidaklulusan pada panitia sertifikasi di UPI. Berdasarkan data UPI, dari sekitar 20.000 guru yang dinaungi Rayon X, sekitar 10 persennya dinyatakan tidak lulus, atau sama dengan 2000 orang guru, dan sekitar 70 peserta dalam status verifikasi, yang belum jelas statusnya. Jumlah peserta peserta sertifikasi 2011 ini totalnya 20.000 peserta dengan rincian 15.300 peserta yang berada di Rayon X ditambah dari empat Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) lainnya.
"Kami ingin agar panitia lebih transparan. Kenapa hanya di UPI yang bermasalah seperti ini sedangkan di rayon yang lain tidak? Kami menuntut untuk diluluskan semua," kata Ketua Forum Solidaritas Guru, Edi Ruhendi, saat dite-mui di Gedung Gimnasium UPI Jalan Setiabudi.
Ia menyebutkan salah satu alasan ketidaklulusannya adalah admisnistrasi. Namun kenyataannya, ketika mereka akan mengikuti diklat pun justru dipulangkan.
"Mereka yang tidak lulus administrasi itu kemudian dipanggil untuk diklat, tapi setelah verifikasi lagi malah dipulangkan karena secara administrasi tidak memenuhi. Bagaimana panitia ini?” bebernya.
Sementara itu bagi guru yang dinyatakan tidak lulus dalam seleksi tertulis kemudian mengikuti remedial. Namun ketika mengikuti ujian ulang itu mereka tetap dinyatakan tidak lulus kembali.
"Kami tidak mau didaftarkan tahun 2012, karena sekarang saja kuotanya sudah ada, Nanti bisa-bisa kami masuk kuota tahun 2013. Kami ingin lulus," harapnya.
Edi Ruhendi menilai, terdapat kesenjangan dan ketimpangan dalam proses sertifikasi di Rayon X Jabar.
“Ada yang tidak memenuhi persyaratan, tapi lulus,” ujar Edi saat ditemui di Kantor Sertifikasi Guru Rayon X Jabar, Kampus Universitas Pendidikan Indonesia.
Edi juga menyayangkan sikap panitia yang tidak meluluskan peserta karena masalah administrasi yang tidak lengkap, padahal peserta telah mencapai tahap PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru). “Kenapa nggak dari awal, padahal sudah tiga kali seleksi,” kata Edi kecewa.
Dalam tuntutannya, para guru meminta pihak panitia pelaksana untuk meninjau dan mencabut keputusan yang menyatakan mereka tidak lulus. Mereka menilai banyak ketimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan seleksi.
Edi menilai pihak panitia selama ini tidak transparan. Dia mencontohkan saat peserta yang tidak lolos dalam syarat akademik meminta data ujian kepada panitia, namun tidak diperkenankan.
Hal senada disampaikan oleh Untung Harianto. Guru asal Indramayu tersebut mengatakan, selain masalah administrasi, pihak panitia juga dianggap tidak transparan dalam urusan nilai. Menurutnya, panitia tidak memperkenankan peserta untuk melihat nilai mereka.
Ia pun menyayangkan sistem yang ada, dimana kelulusan hanya ditentukan dari tes tulis. Padahal menurut-nya banyak aspek penilaian yang telah dilalui para peserta.
“Masa iya kompetennya seorang guru hanya ditentukan dalam sembilan hari,” tegas Untung.
Sekretaris Rayon X UPI Bandung, Prof. Dr. Uman Suherman, A.S. M.Pd., menyatakan akan menampung aspirasi para peserta yang tidak lulus, dan akan menyampaikan-nya ke dinas pusat. Namun, menurutnya ketidaklulusan peserta disebabkan nilai tes tertulis yang tidak memenuhi dan jumlah kehadiran yang kurang. “Tes tertulis itu yang nentuin di pusat dan bagi mereka yang tidak hadir diharamkan lulus,” kata Uman.
Beredar kabar bahwa ada dugaan penyuapan asesor dalam meluluskan peserta sertifikasi. Mengenai itu, Sekretaris Rayon X, Uman Suherman menilai, hal tersebut hanya bentuk kekecewaan para peserta seleksi, dan dia mempersilakan untuk mengusut masalah tersebut. “Biar ketahuan siapa dosen-dosen yang nakal,” ujarnya.

Hal yang Wajar (?)
Uman Suherman membantah ada kecurangan dalam penilaian. Menurutnya, sejumlah peserta administrasinya memang tidak lengkap saat dilakukan verifikasi ulang oleh UPI, antara lain masa kerja dan usianya yang belum memenuhi syarat.
Menurut Uman Suherman, sebagian besar dari mereka tidak lulus karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan. “Baik dari syarat akademik maupun syarat administrasi,” ujar Uman. Maka, lanjut Uman, dalam pelaksanaannya jika ternyata data tidak lengkap, panitia langsung menyampaikannya, bukan saat diklat. “Meski dinyatakan tidak lolos mereka tetap ingin ikut dan tidak mau diminta untuk pulang karena sudah malu. Ikut diklat ternyata dipulangkan,” jelasnya.
Tambah, ketidaklulusan para peserta itu merupakan hal yang wajar, karena tidak memenuhi persyaratan, baik dari syarat administrasi yang tidak lengkap maupun akademik yang tidak memenuhi standar. Namun dia tetap mempersilahkan para peserta yang gagal untuk meminta kejelasan.
Menurutnya tidak ada cara lain untuk lulus sertifikasi setelah mereka gagal diremedial. Untuk itu pihaknya akan mengajukan mereka untuk mengikuti sertifikasi di tahun 2012.
(jps/isola/gns/nt)

Perlu Dukungan Berbagai Hal

Siswa SMK Ciamis Masih Belajar Merakit Mobil
Sejak beberapa bulan lalu SMKN 2 Ciamis berencana merakit mobil. Namun belum juga program itu terwujud, anak SMK di Solo sudah lebih dulu membikin kejutan dengan membuat mobil. Namanya mobil Kiat Esemka. Tapi anak Ciamis pun tak akan menyerah, meski masih ada kendala di sana-sini.
………………………………………..

Membuat mobil ternyata bukan hal yang mudah. Apalagi bagi anak SMK di daerah. Perlu berbagai hal agar mereka bisa membuat mobil hebat nan mempesona. Dan itu tak bisa dilakukan ujug-ujug.
Hal tersebut diungkapkan kepala SMK Negeri 2 Ciamis, Drs. Joko Maryoto. Menurut Joko, untuk membuat mobil seperti Mobil Esemka di Solo, Jawa Tengah, SMK di Ciamis hingga saat ini masih belum mampu.
“Selain memerlukan dana juga tentu saja Sumber Daya Manusia-nya juga harus dipersiapkan. Selain itu, perlu dukungan berbagai pihak dalam pembuatan mobil seperti itu. “ ujar Joko terus terang.
Menurut Joko, dia tahu persis SMKN 2 Solo, karena dirinya adalah alumni sekolah tersebut. Mereka tidak secara tiba-tiba bisa menciptakan sebuah mobil, tetapi memerlukan waktu dan proses. Mereka pun didukung dana yang luar biasa dan kerjasama dengan stakeholder lainnya.
“Saya tahu persis SMKN 2 Solo, karena Sekolah tersebut merupakan almamater saya,” terang Joko.
Untuk SMK Negeri 2 Ciamis, dalam pembuatan mobil saat ini baru tahap pembelajaran merakit mobil. Dirjen pun berencana memberikan bantuan kepada SMKN 2 Ciamis. Tetapi, itu pun bantuannya belum datang, masih di perjalanan menuju ke Indonesia, karena menurut sumber katanya mobilnya buatan Cina. Bentuk mobil yang akan dirakit adalah bak terbuka (pick up) dan mobil box.
“Kita akan menerima pretelan mobil yang siap kita rakit, untuk pembelajaran”, jelas Joko.
Lanjut Joko, jika program perakitan mobil akan berjalan, pihaknya memerlukan berbagai fasilitas pendukung. Seperti butuh lahan.Lahan dibutuhkan untuk ruang praktek perakitan dan showroom untuk memajang mobil hasil rakitan. Selain itu untuk suku cadang.

Siapkan Kurikulum
Akan tetapi, kata Joko, untuk saat ini SMK Negeri 2 Ciamis sudah setingkat lebih tinggi dari SMK lain karena sudah siap untuk merakit mobil. SMKN 2 Ciamis masuk dalam pilihan SMK se Indonesia yang akan merakit mobil.
Menurut Joko, sementara ini langkah awal SMKN 2 Ciamis sedang menyusun kurikulumnya terlebih dahulu, dan mempersiapkan secara matang mengenai perakitan mobil tersebut.
Sedangkan menurut Ketua Program Keahlian, Agus Nurdin, S.Pd., bantuan mobil tersebut bukan untuk produksi atau diperjualbelikan tetapi hanya untuk pembelajaran. Adapun nanti, mobil rakitan tersebut akan menjadi asset negara.
“Walaupun mobil ini hanya untuk pembelajaran tetapi ke depan akan kita pikirkan, bagaimana kita bisa menjual mobil rakitan hasil sekolah ini” jelasnya.
Dengan adanya bantuan tersebut, merupakan bukti kepercayaan pemerintah pusat bagi SMK Negeri 2 Ciamis, karena hanya sekolah yang dianggap layak yang diberi bantuan ini. Bantuan tersebut sangat menguntungkan bagi pihak sekolah, karena selain menambah wawasan peserta didik, juga menambah kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sini.
“Kita pun pasti akan memegang kepercayaan pemerintah tersebut, dengan tetap melatih kedisiplinan peserta didik”, tambah Agus.
Agus melanjutkan, dengan adanya bantuan ini, para siswa SMKN 2 Ciamis nantinya akan dilatih oleh dua orang yang bertugas sebagai quality control. Kalau hasilnya bagus layak dilanjutkan.
“Untuk sekarang ini pembuatan mobil di SMK dianggap merupakan salah satu solusi ekonomi bangsa. Karena, selain mendidik siswa menjadi terampil, out put sekolahpun tidak nganggur karena mereka bisa berdikari dalam mencari nafkah untuk bekal hidupnya”, pungkas Agus.
(nung/ayu/ganesha)