Senin, 22 Oktober 2012

Guru Inspirator, Seperti Apakah?


Perubahan kurikulum pada tahun ajaran 2013/2014 harus dibarengi peningkatan kualitas guru. Dengan kurikulum baru ini, guru tidak hanya jadi pengajar, tapi juga inspirator.
................................

Kehadiran sosok guru di tengah -tengah anak didiknya, bakal kian lengkap. Pasalnya, perubahan kurikulum pada tahun ajaran 2013/2014, menuntut guru lebih memaksimalkan perannya, tak semata sebagai pendidik, namun juga pemberi dan pemantik  inspirasi bagi anak didiknya.
“Guru sebagai inspirator ini akan menjadi lompatan penting dunia pendidikan ke depannya..” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti.
Lanjut Wiendu  nantinya dengan bahan-bahan pelatihan yang ada diharapkan guru sebagai inspirator akan muncul. “Guru sebagai inspirator, bisa menerobos ruang waktu dan kurikulum bertahun-tahun," harapnya.
Artinya  tegas Wiendu,  perubahan kurikulum penting, tapi guru lebih penting. Seperti apa pun kurikulum yang dibuat kalau guru tidak maksimal, hasilnya juga tidak akan maksimal. “Maka perubahan kurikulum ini harus dibarengi peningkatan kualitas guru.” ujarnya.

Makna Guru Inspiratif
Selama ini ada banyak memang guru yang sudah mampu menjadi inspirator bagi murid-muridnya. Namun peran tersebut masih dianggap bukan hal yang utama. Cukup mendidik dan mengajar, memberi ilmu, guru merasa sudah memenuhi sebagian besar tugasnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata  “inspirasi” adalah kata benda yang berarti “ilham”. Sedangkan kata “ilham” sendiri memiliki tiga arti yakni  petunjuk Tuhan yang timbul di hati, berarti pula pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati atau  bisikan hati dan bermakna pula  sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta (mengarang syair, lagu, dsb).
Dalam hal ini berarti seorang guru harus mampu membangkitkan pikiran atau angan-angan muridnya untuk melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu yang positif (cita-cita atau keinginan). Guru juga harus bisa menggerakan hati anak didiknya untuk menciptakan sesuatu, membuat sesuatu, berusaha, berjuang dan mengikuti sesuatu yang diyakininya benar dan baik.
Ngainun Naim, dalam bukunya “Menjadi Guru Inspiratif “ menjelaskan bahwa guru adalah orang yang mengantarkan seseorang untuk mencapai kemulian. Guru begitu memiliki peranan penting dalam proses belajar siswa. Guru juga harus bisa memberikan pencerahan bagi siswanya dan mampu melahirkan siswa yang tangguh, siap menghadapi aneka tantangan sekaligus  memberi perubahan yang hebat bagi kehidupannya.
“Pencerahan itu pasti lahir dari guru yang inspiratif. Guru inspiratif adalah guru yang memiliki orientasi jauh lebih luas. Guru inspiratif memilih melakukan tindakan yang sangat strategis, yaitu bagaimana ia mampu memberikan perspektif yang mencerahkan. Guru inspiratif menawarkan perspektif yang memberdayakan, menghasilkan energi yang kreatif, “ ujar Ngainun.
Lanjut Ngainun,  guru inspiratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, tetapi ia juga harus mampu mendesain iklim dan suasana yang juga inspiratif.
Penciptaan pola yang inspiratif akan semakin memperkukuh karakter dan sifat inspiratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya yaitu karakter diri guru dan suasana pembelajaran akan menjadikan dimensi inspiratif, semakin menemukan momentum untuk mengkristalkan dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa.
Tambah Ngainun, dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa untuk tenang dan menyukai terhadap pelajaran.
“Penciptaan suasana pembelajaran yang inspiratif sangat penting artinya untuk semakin mengukuhkan dan mendukung kekuatan inspiratif yang bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini: pribadi guru dan suasana pembelajaran, pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi dalam diri para siswanya untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. “ jelasnya.
Katanya, modal inilah yang pada gilirannya dapat dilejitkan untuk melakukan perubahan menujuh arah pencapaian cita-cita hidup, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Dalam jangka pendek, para siswa mampu menjadi siswa dengan prestasi belajar yang memuaskan. Sedangkan cita-cita jangka panjangnya adalah bagaimana menjadi pribadi yang sukses dalam makna yang luas; sukses hidup, keluarga, profesi, social, dan kemasyarakatan.” ucap Ngainun.

Tak Semata Naik Kelas
Sementara itu Lendo Nove, seorang pendiri Sekolah Alam di Bandung, mengatakan bahwa guru dalam bekerja layaknya tidak seperti tukang, namun bak seniman. Guru seperti ini tak semata berusaha mencetak  murid-muridnya naik kelas dengan standar angka-angka tertentu, namun mampu membekali anak didiknya dengan inspirasi yang tak pernah mati.
Guru adalah contoh terdekat bagi anak-anak didik di samping keluarganya di rumah. Maka guru harus mampu  menginspirasi siswa  dengan segala tindakannya. Guru bisa menginspirasi muridnya dari hal-hal yang kecil, misalnya jujur dalam bertindak, berkarya, menulis, dan berkata. Peran guru seperti itu bisa menghindarkan murid dari  sikap tak jujur, curang, dan sikap negatif lainnya.
Dengan demikian, nantinya kebahagiaan seorang guru lahir bukan semata-mata karena mampu mengantarkan anak didiknya lulus jenjang sebuah sekolah, namun kebahagiaan yang utama adalah ketika guru mampu mengantarkan anak didiknya tamat sekolah dengan membawa inspirasi yang besar. Dengan inspirasi itu, anak didiknya akan bisa hidup terhormat karena mampu berbuat sesuatu, kreatif, mempunyai keinginan untuk maju, pantang menyerah, cerdas, jujur, percaya diri dan tak mudah putus asa.
Semoga Anda bisa menginspirasi murid-murid Anda, mulai dari hal-hal kecil, lalu berlanjut ke hal-hal yang besar dan luar biasa.
                                                                                                  (agus ponda/ganesha)

Tidak ada komentar: