Kamis, 31 Januari 2008

Sukses Tim

Kalau sudah mulai musim pil-pilan, maka, mulai banyak orang buka usaha jualan pil. Karena, tanpa modal gede atau pinjam sana-sini juga bisa jual pil tanpa label. Maka, mulailah orang-orang buka warung pil, counter pil, kios pil, hingga tokopil kopil kopil!
Tapi, jangan salah sangka dulu, sebab nantinya akan timbul suudozon. Karena, pil yang ini bukan sebangsa pil ektasi, pil koplo,pil teler, pil bo’at, apalagi pil…lieureun! Tapi, sejenis pil yang kadang bisa bikin tak akur orang sekampung, bahkan jadi musuhan sesama teman. Bukti memang sudah banyak sejak zaman pil pilan ini diproduksi, yaah namanya juga sudah pil…, kadang kadang sangat nyempil dan jalannya juga agak-agak rumpil.
Ada Kang Tobil dagang pil bebas sekolah, Kang Kodir dagang pil gratis disuntik di Puskesmas, hingga Ceu Amah yang begitu rajin menawarkan pil kresek dan makan gratis…selagi masih nyampak! Maka, sibuklah orang orang menjual pilnya, hingga sambil lebaran, muludan, rajaban, taraweh, sampai sampai lagi ngurebkeun mayit pun masih sempat ada yang nawar-nawarin pil.
"Sudah lah, pokoknya pil Gan Uned saja yang sudah berpengalaman. Beliau itu itu sudah mencoba lama jadi pamingpin" Kata Ceu Amah nawarin pil cap Uned kepada Jang Acah yang lagi kalana-kulunu. Tetapi, Ujang Acah yang aktip di LSM Kuat Lapar menimpali dengan sedikit nyureng.
"Tapi, yang sudah-sudah juga beliau mah kurang dekat rakyat atuh, Ceu"
"Iiih…salah itu téh, buktinya Gan Uned itu apanan rumahnya juga deket dengan rumah rakyat. Coba kalau beliau tidak merakyat mah pasti rumahnya juga misah di real estate!" Ceu Amah semakin ngotot dan meyakinkan. Tapi, Jang Acah tak kalah ngotot lantaran saking laparnya
"Laaah…atuda tidak ada di lembur urang mah real estate-na ogé! Nya heueuh atuh moal boga imah di real estate. Sudah, Ceu, menurut saya mah, lebih baik memilih Kang Mian sebab beliau itu mantan jurutulis desa. Pasti pinter soal memerintah mah!"
"Teu bisa! Sebab, biar tadinya pegawai desa pun, belum tentu bisa mingpin yang lebihluas dari Desa. Sudahlah, kamu kan masih muda, belum tahu pengalaman. Makanya, pilihlah yang sudah berpengalaman, supaya nantinya tidak talag tolog! Nih, Ceuceu juga sudah diberi tanda mata oleh beliau, padahal Ceuceu belum kerja apa apa. Coba, apalagi kalau nanti Gan Uned sudah jadi!"
"Memangnya Ceueu diberi apa? Juga, kan Juragan Uned mah masih jeneng?" Jang Acah agak agak mangkel
"Iya, tapi demi kesinambungan pembangu-nan, kita harus percayakan kepada yang sudah berpengalaman atuh! Nih, Ceuceu dikasih brukat dan samping, akangnya diberi kampret dan piyama. Tuh, panan hebat! Belum apa-apa, timnya sudah diberi barang pelipur!"
"Barang pelipur bagaimana, Ceuceu téh! Itu mah atuh apanan buat seragam panitia peringatan muludan, semuanya juga diberi atuh, Ceueueu. Uangnya juga dari Kas….dari kaaaaaas, Ceu!"
"Iiiih, dasar kamu mah belegug! Yeueuh Acaaah, dari kas téh tidak akan keluar dengan sendirinya kalau tidak ada yang bijaksana mengeluarkannya mah. Makanya, kita harus manut, tumut ka nu memberi kebijaksanaan itu. Artinya, kita harus mendukung Gan Uned, supaya nanti lebih bijaksana lagi. Coba, Gan Uned itu ke sana bijaksana, ke sini bijaksisni, termasuk kepada yang disono oge bijaksono,…pokonya jaaaak ajah! Suer lah" Ceu Amah, yang sudah seperti jakmania, semakin merasa di atas angin, apalagi melihat Jang Acah, yang anggota viking, seperti kalah momentum karena Persibnya kalah terus. "Yang begitu mah atuh aji mangpang-meungpeung tanpa modal sendiri atuh, Ceu!"
"Yéééh, bukan mangpang meungpeung atuh, tapi meungpeung aya jeung meungpeung kawasa! Coba, kamu sudah diberi apa oleh Kang Mian yang selalu kamu banggakan?"
"Visi misi atuh, Ceu. Ditambah strategi dan implementasi. Pokonya, nanti-nanti kita akan lebih merasakan kemakmuran dan kesejah-teraan, disamping itu juga segalanya akan gratis. Sekolah gratis, makan gratis, melahirkan gratis, masuk WC juga gratis. Pokoknya serba gratis lah!" Jawab Jang Acah, mulai naik semangat lagi karena merasa ditantang Ceu Amah.
"Laaaah….itu mah baru janji atuh! Ceuceu ogenan bisa ngomong kitu mah. Yeuh, Acah, nu atos-atos ogé sok harilap kana jangjina. Memang lidah tak bertu-laaaang……..!" Kata Ceu Amah diahiri dengan lagu Pak Barury
"Is, bukan hanya omong, Ceu. Tapi memang bukti dan obyektivitas yang akan kita dapatkan. Coba kalau di negeri ini tidak banyak tikusnya. Pasti kita-kita cukup sandang serta pangan. Namun, katanya karena di kita terlalu banyak mengembang-biakan tikus, maka kita jadi semakin tidak walatra!"
"Ceuk saha éta téh, Acah?"
"Ceuk Kang Mian atuh, Ceu! Mangkana, sing rada gaul geura." Jawab Jang Acah bari biwirna nyingsat sabeulah.
"Naon urusanana beurit-beurit dibabawa sagala,Acah?"
"Laahh, atuda susah kalau ngomong dengan SDM paspasan begini mah!"
"Kamu jangan menghina Ceuceu, Cah!! Ceuk saha Ceuceu ngan lulus SDM, kieu-kieu ogé Ceuceu téh lulus ti Paket B, deuleu!"
Ceu Amah mulai tersinggung bari mureleng, Jang Acah tak mau kalah sebab merasa dirinya lebih pinter dari Ceu Amah karena baru lulus dari D2 jurusan Teknologi Perminyakan. Maka, pertengkaran antar bobotoh pun mulai memuncak, ditambah anak anak SD yang baru bubar sekolah ikut nonton sambil surak. Tiba tiba, dari ujung timur, datang Abu Eful tukang ojek jurusan Panoongan-Baregbeg, tengah narik Nini Ijoh pulang dari pasar habis dagang tutut. Abu Eful langsung berhenti, melihat yang tengah saling tunjuk dan saling pelotot.
"Hei…hei...hei, ini ada apa? Masa tua-tua ribut di pinggir jalan. Malu atuh sama anak anak!".
Ceu Amah langsung menerangkan pada Abu Eful, karena takut didahului Jang Acah, hingga bicaranya nyorocos tanpa titik koma, hingga Abu Eful geleng-geleng kepala. Apalagi ditambah Jang Acah yang norowéco sambil keluar teori dan konsep tentang pil-pilan. Tiba tiba, Nini Ijoh mairan daria sambil tetap ngajégang di boncengan ojeg yang ditinggalkan Abu Eful.
"Ceuk Nini ogé baheula, sing sareubeuh paraséa téh keur laleutik kénéh. Lain geus karolot kieu parebut kaulinan. Jeung manéh téh Eful, cik sing tanggungjawab ka penumpang. Ieu Nini turunkeun heula!"
Anak-anak SD surak, Ceu Amah bengong, Jang Acah juga bengong. Tinggal Abu Eful yang bertanya pada si Nini bari rada isin sabab disebut teu tanggung jawab.
"Ari maksud Nini itu apa? Memangnya mereka berebut mainan apa?"
"Eueueuh, dimana-mana ogé, lamun aya nu paraséa, éta pasti parebut cocooan, Efuuuul. Mun teu kaulinan, pasti parebut lebokeun!" Jawab Nini Ijoh sambil nyelewegkeun seupaheun, lalu, crot, meludah didepan yang lagi ngariung.
"Ini mah bukan kaulinan, Nini. Ini masalah calon pil-pilan! Gan Uned harus dipilih, karena sudah terbukti béréhan-nya!" Ceu Amah kembali nyégag.
"Tidak bisa!" Sergah Jang Acah, "Kang Mian lebih cerdas dan pandai!"
Giliran Abu Eful yang jadi kasundut "Oooh, kalau untuk pil-pilan mah atuh Uwa Mijan nu alus mah. Anjeunna mah telah teruji béréhan dan sangat menyayangi kaum nu lalembut! Pokoknya, untuk pil-pilan yang akan datang, pilih saja Uwa Mijan………Hidup Uwa Mijaaan!!!" Teriak Abu Eful sambil ngajak berteriak kepada anak anak. Anak anak SD diam, tetapi setelah Abu Eful ngarogoh pésa,k mengeluarkan permen loli, anak-anakpun tanpa dikomando serempak berteriak "Hiduuuuup….Hiduuup lolyyyy!"
"Wah ini sudah loly politik" Bisik Ceu Amah tak mau kalah. ia merogoh receh dari saku kutangnya, lalu dibagikan kepada anak anak sambil berteriak "Hidup Gan Uneeed…Hidup Gan Uneeed!" Dan anak-anak SD pun kembali berteriak tetapi agak pelan. "Hiduu..u..u..up…….hiii..ddd…up!"
Ceu Amah sewot " Ayo, teriaknya yang keras. Hidup Gan Uneeeed kituuuh!"
Anak-anak semua diam. Ceu Amah melotot pada Si Otong yang paling bontot. " Kenapa kamu diam? Kan sudah Ceuceu kasih fulus?"
Si Otong santai menjawab "Yaaa…kan sesuai dengan yang kami terima…kalau receh..yaaaa teriaknya juga sesuai tariff, Ceu!"
Ceu Amah semakin sewot "Tadi, waktu Abu ngasih loly, keras teriaknya??"
Anak anak kompak menjawab " Kan hidupnya juga lolyyyyy!!!"
Akhirnya, kesempatan tidak disia-siakan oleh Jang Acah yang dari tadi mengawasi semua kejadian dengan seksama. Akhirnya, ia mengeluarkan uang limapuluhribuan lima lembar, hasil honor menulis satu bulan di Koran lokal. Maksudnya, cuma mau mengejek Ceu Amah sambil ngiwir-ngiwir duit. Tapi, tangan anak anak cepat menyambar dan saling rebut karena disangkanya mau dibagikan juga. Jang Acah kaget, uangnya jatuh bertebaran hingga semua berebutan termasuk Ceu Amah dan Abu Eful ikut ikutan sambil berteriak
"Hidup Jang Acaaah….Hidup jang Acaaah!!"
Jang Acah bengong, kaget sekaligus sedih, karena uang itu akan diberikan kepada isteri tercintanya untuk membeli daster baru.
"Jangan…jangan!! itu mah uang saya pribadi. Aduuuh, itu mah duit honooor. Jangan diambil….kembalikaaan!" Jang Acah merintih. Sementara, anak anak dan yang lainnya sudah pada lari sambil berteriak "Hidup Jang Acah…Hidup Jang Acah!"
Yang tersisa tinggal Jang Acah dan Nini Ijoh yang semakin asyik ngunyah sisig.
Jang Acah memelas menatap Nini Ijoh. "Nini tolong, kalau sudah begini saya harus bagaimana?"
Nini Ijoh menjawab sambil ngaléos, "Sudah saja, sekarang mah tanggung, Acaaah. Kamu ikutan saja sekalian jadi calon pil-pilan!"
Jang Acah nyureng. Tapi, tiba-tiba jadi semangat lagi. Ternyata, dengan duaratus limapuluh ribu sudah bisa ikutan nyalon. Terbukti Nini Ijoh pun mendukung dirinya dengan ikhlas ridho. Maka, dikejarnya nini Ijoh sambil teriak-teriak, "Nuhun Niniii……Hidup Jang Acaaah….. Hidup Jang Acaaah!!!"
Nini Ijoh hanya ngarérét, dalam hatinya bergumam "Emang gue pikirin!"*

Tidak ada komentar: