Selasa, 29 Mei 2012

Inilah Empat Tipe Guru Terbaik

Kualitas bangsa tergantung dari generasi penerus. Kualitas generasi penerus tergantung dari guru yang membinanya. Sebagus apapun sistem yang dibuat, namun ketika guru tidak mau memberikan yang terbaik maka sistem yang baik tadi sia-sia belaka. Metode pembelajaran, sistem pengajaran, metode pengajaran atau apapun itu, tanpa peran serta guru sebagai garis depan pembinaan negeri, tentu juga akan sia-sia.
...........................................
Lalu, bagaimana supaya kita bisa menjadi guru terbaik? Mengutip tulisan Dhony Firmansyah, seorang motivator Biologi di Indonesia (BioMotivator),  ada empat tipe guru yang bisa dikatakan sebagai tipe terbaik.

Pertama
Tipe guru yang baik, yaitu guru yang menjelaskan. Tipe guru seperti ini dimiliki oleh hampir semua sekolah di negeri kita. Tipe guru pertama ini mementingkan penyampaian ilmu, selesainya materi, namun tidak memperdalam sehingga dirinya tidak mengetahui secara pasti apakah siswa paham atau tidak. Karena dia hanya sekedar menjelaskan. Akhirnya, ilmu yang disampaikan hanya sekedar pengetahuan. Tidak berdampak pada kehidupan nyata.
Akibatnya, ilmu agama sebatas pengeta-huan. Departemen Agama misalnya, pernah diklaim sebagai departemen dengan tingkat korupsi tertinggi. Padahal di dalamnya penuh dengan orang yang mengerti agama. Namun sayang, karena agama hanya sekedar pengeta-huan, walhasil agama tidak dipraktikkan.

Kedua
Tipe guru yang lebih baik, yaitu guru yang mempraktikkan. Apa-apa yang diajarkan tidak hanya dijelaskan, namun juga diwujudkan dalam kehidupan nyata. Jika dirinya mengatakan, “Jangan membuang sampah sembarangan.” Dirinya adalah orang yang pertama melakukan. Jadi apa yang disampaikan sama dengan apa yang diperbuat.
Pelajaran bukan sekedar pengetahuan, namun juga harus dipraktikkan. Nah, tentu Anda pernah mendengar istilah pendidikan karakter, bukan. Pendidikan karakter ini berusaha mempraktikkan apa-apa yang disampaikan guru sebagai kebajikan dalam kehidupan.

Ketiga
Guru yang terbaik, guru yang terbaik adalah guru yang menginspirasi. Bukan hanya menjelaskan, mempraktikkan, namun ingin keadaan yang lebih baik. Bukan hanya ingin negeri ini bebas korupsi, namun ingin bagaimana masyarakatnya saling berbagi kebaikan. Dia ingin kehidupan yang lebih sukses, lebih hebat, lebih mulia dan lebih manfaat. Tipe guru seperti inilah yang bisa mengubah wajah negeri. Tipe guru inilah yang saat ini dinanti.

Keempat,  Sabar Menghadapi Murid
Seorang guru yang dicintai oleh anak didiknya adalah yang sabar dalam menghadapi mereka pada saat proses belajar mengajar. Kesabaran seorang guru akan membuat anak didik merasa nyaman dalam belajar. Tidak saja merasa nyaman, kesabaran seorang guru juga membuat anak didik mempunyai waktu yang cukup untuk lebih bisa memahami pelajaran yang dihadapinya. Inilah kunci yang sangat penting dalam meraih keberhasilan di dunia pendidikan.
Sabar seringkali dipahami dengan tidak tepat. Oleh karena itu, sebelum memahami persoalan sabar dalam mengajar ini, ada baiknya bagi kita untuk memahami arti sabar itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sabar mempunyai dua makna, yakni (1) tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah; (2) tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.
Berangkat dari pemahaman sabar berdasarkan kamus tersebut, seorang guru yang bisa sabar dalam mengajar ia melakukan dua hal penting yakni:
Tahan dalam Segala Keadaan
Menghadapi sikap anak didik yang tidak sesuai dengan harapan, tidak sedikit dari guru yang menunjukkan sikap tidak sabar. Sikap dari anak didik yang tidak sesuai dengan harapan itu bisa jadi berupa perilaku anak didik yang tidak memerhatikan pelajaran, melanggar kesepakatan, tidak mengerjakan tugas, atau bahkan tidak segera bisa menangkap pelajaran yang telah disampaikannya. Tidak sabar yang demikian biasanya ditunjukkan dengan sikap jengkel atau bahkan amarah. Inilah sesungguhnya tipe guru yang tidak tahan dalam menghadapi keadaan muid-muridnya.
Namun, bagi seorang guru yang bisa bersabar tentu akan mendapatkan hasil yang menyenangkan. Hal ini disebabkan para guru yang sabar mempunyai keyakinan bahwa hal yang tidak diinginkan dan yang terjadi pada anak didiknya tidaklah kekal. Cepat atau lambat perilaku anak didik yang tidak diinginkan tersebut pasti akan berubah. Apa yang terjadi pada anak didik sekarang tentu tidak akan terus-menerus terjadi dalam keadaan demikian, apalagi seiring dengan masa tumbuh dan berkembang anak didik. Apalagi, sang guru secara terus-menerus pula mendampingi anak didiknya dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, diyakini bahwa setiap anak didik sedang menjalani proses untuk menjadi lebih baik.
Di samping itu, tahan dalam segala keadaan atau sabar sangat diperlukan bagi seorang guru saat mendampingi anak didiknya karena dipercaya bisa menimbulkan energi positif. Hal ini bisa terjadi karena pada saat seorang guru membangun sifat kesabaran, ada proses harapan atau doa agar anak didiknya berubah menjadi lebih baik. Tentu akan berbeda jika seorang guru telah kehilangan kesabarannya, yang terjadi adalah rasa marah, apalagi bercampur aduk rasa jengkel, dan yang lebih menyedihkan adalah sang guru diam-diam mengumpat di dalam hati. Bila sudah begini, bukan lebih baik yang terjadi, malah semakin parah.
Di sinilah sesungguhnya sifat sabar dari seorang guru menjadi mutlak untuk dimiliki dalam mendampingi anak didiknya. Bukan sekadar ia akan menjadi guru yang akan dicintai oleh para muridnya. Akan tetapi, lebih dari itu, hal ini penting dalam rangka mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Tenang atau Tidak Tergesa-gesa
Seorang guru yang mempunyai sifat sabar dalam mendampingi anak didiknya tentu akan bersikap tenang atau tidak tergesa-gesa. Hal ini penting sekali agar anak didik dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Sebab, daya tangkap setiap anak didik ketika mendengar penjelasan dari sang guru tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada anak didik yang hanya diterangkan dengan beberapa kalimat saja langsung sudah bisa memahami apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Namun, ada juga anak didik yang membutuhkan waktu agak lama dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Anak didik yang agak lambat dalam menangkap dan memahami pelajaran ini tentu harus diperhatikan pula oleh guru. Pada saat yang seperti ini seorang guru dibutuhkan kesabarannya untuk menjelaskan dengan beberapa kalimat tambahan atau bahkan pengulangan kepada anak didiknya.
Setiap guru memang mempunyai target agar setiap dari pertemuan yang dilakukannya bersama anak didiknya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini memang sudah seharusnya. Sebab, tanpa target untuk mencapai keberhasilan dalam belajar mengajar tentu apa yang dilakukan oleh seorang guru menjadi asal-asalan dan tidak terarah. Namun, dalam rangka untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar tentu dibutuhkan ketenangan dalam diri seorang guru agar proses belajar mengajar itu pun dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini, seorang guru tidak boleh tergesa-gesa. Justru ketergesaan yang dilakukan oleh seorang guru biasanya malah mengacaukan rencana yang sudah dirangcang dengan baik dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan belajar mengajar.
Seorang guru yang selalu tergesa-gesa akan membuat anak didiknya tidak nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar. Ia merasa seperti dikejar-kejar untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang satu untuk menuju pekerjaan yang lain. Apalagi, pada saat yang seperti ini sang guru malah berkomentar, misalnya, "Mengerjakan begitu saja lambat amat, sih." Komentar yang seperti ini sungguh akan dirasakan tidak nyaman bagi anak didik.
Mengerjakan segala sesuatu dengan tenang atau tidak tergesa-gesa bukan berarti selalu lambat dalam melakukan pekerjaan. Tenang yang dimaksudkan di sini lebih kepada membangun kesabaran dalam proses yang sedang dijalaninya. Maka, seorang guru yang bisa tenang dalam proses belajar mengajar akan bisa memimpin jalannya belajar mengajar dengan baik. Anak didik pun dapat belajar dengan lebih berkonsentrasi. Dengan demikian, guru dan anak didik sama-sama bisa fokus untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya.
Itu dua hal penting yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam rangka membangun kesabaran ketika bersama anak didiknya. Ini adalah kunci yang penting agar seorang guru bisa lebih menikmati dan merasakan bahagia dalam menjalankan tugasnya. Hal ini bisa terjadi karena guru yang sabar bisa tenang dan menikmati proses belajar mengajar dengan baik. Sebaliknya, tanpa kesabaran seorang guru akan banyak mengeluh mengenai anak didiknya.
"Jika sudah begini, rasa optimisme pun tak bisa terbangun dengan baik," ujar seorang guru yang juga penulis, Akhmad Muhaimin Azzet.
Mengaitkan kesabaran dan rasa optimisme ini sebagaimana pemaparan di atas, jelas diketahui bahwa kesabaran yang dibangun oleh seorang guru adalah kesabaran dalam arti yang benar. Bukan kesabaran dalam arti mudah menyerah dan mengalah. Melainkan kesabaran yang dinamis dalam menyikapi segala persoalan dengan cara pandang dan berpikir yang positif. Tipe guru bersikap demikian, ia akan mendapatkan banyak sekali manfaat, yakni di samping akan dicintai anak didiknya, bahkan tak jarang hingga mereka lulus sekolah, juga sangat mendukung dalam meraih keberhasilan mencapai tujuan belajar mengajar.
Apakah Anda salah satunya?
(agus ponda/dnt)

Tidak ada komentar: