Selasa, 29 Mei 2012

Menjadi Guru Sebenarnya Menyenangkan

Menjadi guru bukan impian saya, tapi impian teman saya sejak kecil. Juga mungkin impian Anda. Waktu kecil ia membayangkan berdiri di depan kelas, bermain dan berbincang bersama mereka sepertinya sesuatu yang menggembirakan. Dan, cukup menakjubkan bahwa angan-angan itu kini tercapai.
……………………………….

Dahulu teman saya itu tidak berani berbicara, apalagi di depan orang banyak. Itu saja sebenarnya cukup menutup pelu-angnya untuk menjadi guru. Sebab seorang guru dituntut pintar bicara dan harus bicara. Kalau bicaranya setengah jam sekali, siswa bisa pada tidur atau kabur dari kelas.
Sekarang pertanyaannya, dari mana ceritanya Anda jadi Guru? Tentu kisahnya beragam. Dari yang ujug-ujug, tanpa cita-cita bahkan mimpi, sampai yang benar-benar terobsesi jadi guru di kala kecil.
“Kalau saya memulai profesi ini dengan mengajar privat. Berawal dari satu anak, dua anak, kemudian kelompok berlanjut satu kelas dengan jumlah murid terbesar sebanyak 45 siswa. Bermula dari anak-anak usia 3 tahun sampai kemudian karyawan. Akhirnya jadi guru,” ujar teman saya itu.
Ia kini mengaku bahwa menjadi guru adalah pembelajaran yang sangat baik untuk dirinya. “Saya belajar bertanggung jawab, disiplin, sekaligus ketegasan,” ucapnya yakin dan tulus.
Konon, menjadi guru membuat dirinya belajar pula untuk mendengarkan, memper-hatikan dan memaafkan. “Tentu, sampai saat ini pun saya masih belajar untuk semua hal di atas.” katanya. Ya guru memang tugasnya mendidik dan mengajar, tapi ia juga jangan lupa untuk terus belajar. Biar ilmunya kian banyak dan berisi, biar ilmunya up to date dan tak basi  selalu.

Sejak Hari Pertama
Pearl Rock Cane, seorang professor Pendidikan di Teachers College, Columbia University pernah mengatakan bahwa tidak seperti jenis pekerjaan lainnya, pegawai baru diberi tugas terbatas untuk tahun pertama ia bekerja sebelum kemudian ia dianggap cukup berpengalaman untuk memikul tang-gung jawab yang lebih tinggi atau membuat keputusan mandiri, maka seorang guru ha-rus melakukan itu semua sejak hari pertama ia mengajar. Dan seringkali guru baru justru mendapatkan kelas yang paling sulit. Ini betul sekali.
Menjadi guru kemudian menyadarkan bahwa tugas kita tidak hanya mengajar, tapi seringkali seorang guru pun terserap ke dalam kehidupan pribadi mereka (siswa).
Kelembutan, kasih sayang dan ketega-san adalah hal yang berbeda. Namun kita se-ringkali terjebak di dalamnya. Dengan alasan sayang kita membolehkan mereka mencontek, atas nama ketegasan kita melakukan hukuman fisik kepada anak, dan lain-lain.
“Saya cukup tegas untuk masalah yang berkaitan dengan moral. Memang itu jadi dilema tersendiri. Tapi saya berusaha meme-gang teguh keyakinan saya. Saya tidak sampai sih merobek ulangan anak yang mencontek,” ujar dia.
Ia mengaku dirinya sebenarnya terkadang ka-sihan melihat anak-anak kesulitan menjawab soal ulangan atau tes. Tapi menurutnya, ia akan lebih merasa bersalah lagi jika guru  membiarkan mereka berbuat kecurangan. “Saya tidak ingin anak-anak itu hancur ketika nanti mereka menhadapi dunia yang sesungguhnya,” begitu ia beralasan jauh.

Toleransi
Salah satu kebaikan yang ia pelajari selama menjadi guru adalah betapa anak-anak mempu-nyai toleransi yang tinggi terhadap sebuah kesalahan. Mereka sungguh pemaaf. Sung-guh tepat kata Pearl Rock Cane, “Ruang kelas menawarkan potensi untuk perubahan dan pertumbuhan bagi siswa dan guru.”
Guru dan siswa belajar bersama untuk menjadi lebih baik.
Teman saya ini, masih ingat ketika ia gagal menyampaikan pembelajaran di sebuah kelas, ketika anak-anak memusuhinya.
“Saya mungkin akan meninggalkan pekerjaan ini selamanya seandainya saat itu mereka tidak memberikan saya kesempatan. Saya begitu kagum dengan ketulusan mereka.” kenangnya.
Di tengah anak-anak, guru seharusnya selalu merasa belajar hal-hal baru yang menakjubkan, yang kadang tak mampu kita lihat sebagai orang dewasa.
Kini yakinkanlah bahwa menjadi guru tugas yang sangat mulia. Maka hari-hari di sekolah bakal terasa mengasyikkan. Pikiran Anda akan dipenuhi oleh keinginan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan memudahkan bagi mereka. Kepuasan seorang guru adalah ketika mereka (anak didik) menikmati pengajaran yang saya berikan. Apalagi jika itu bisa memotivasi mereka.
Itu sebanya guru harus membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Ini adalah salah satu alternatif untuk mengoptimalkan proses belajar dan mengajar. Logikanya jika suasana di kelas menjadi menyenangkan akan mem-buat siswa lebih fokus pada kegiatan yang sedang berlangsung dan ketika fokus maka perhatian anak hanya pada satu kegiatan, tidak ada pikiran mereka untuk mengalihkan pada kegiaaan yang lain. Oleh karena itu dampak positif yang diperoleh, metari yang diberikan oleh guru akan lebih mudah dipa-hami dan diresapi anak. Dan itu akan berbekas seumur hidupnya.
Salah satunya kisah ini. Adalah mengharu-kan ketika suatu hari seorang anak berkata kepada seorang guru “Ibu Ani, saya sekarang kuliah di jurusan komputer. Saya juga mengajar design, seperti yang pernah Ibu ajarkan ke saya. Saya ajarkan pula ke anak didik saya. Terima kasih ya, Bu.
Anda mungkin bakal menangis haru bila menerima surat atau SMS dari murid Anda duku seperti itu.  Walau mungkin saja anak itu berlebihan, tapi itu kenyataan. Walau mungkin Anda hanya mengajari ia sedikit saja tentang design kala di SMK dulu.
Negeri ini membutuhkan guru-guru berkualitas untuk menjawab tantangan dalam mendidik generasi baru.
Dan jika Anda ingin membuat perubahan, kecil atau besar dalam kehidupan orang lain, menjadi guru adalah salah satu pilihan terbaik dan menyenangkan.
(agus ponda/ganesha/diadopsi dari enggarnt)

Tidak ada komentar: