Minggu, 08 Juli 2012

Antara “Samen” & Wisuda Sekolah


Acara kenaikan kelas dan perpisahan sekolah makin meninggalkan istilah lama bernama samen. Kini sekolah makin pede dengan istilah “Wisuda Sekolah”. Sudah tepatkan, istilah itu?
......................................................
Dulu, dalam masyarakat Sunda  dikenal istilah samen. Samen bukanlah kata yang asing buat mereka. Samen adalah kata yang menggambarkan ketika seluruh siswa merayakan kenaikan kelas dan merayakan kelulusan setelah mereka belajar selama tiga tahun di SLTP/SLTA atau 6 tahun di SD.
Acara samen biasanya kental dengan tradisi atau seni Sunda. Dalam samen terdapat pementasan kreasi seni siswa dalam rangkaian acara perpisahan dan kenaikan kelas. Intinya hampir seluruh rangkaian acara pementasan bernuansakan etnik Sunda. Kesannya, kental Sunda-nya, tradisional,  bersahaja, namun sakral dan mengesankan.  
Lalu ketika muncul istilah wisuda sekolah, dulu sebagian besar orang tertawa bahkan mencibir melihat anak TK/SD lulus menamatkan kegiatan belajar dengan prosesi wisuda. Demikian juga ketika anak SMP/SMA diwisuda ketika hendak meninggalkan sekolah, rasanya janggal dan tidak pas.
Anak TK diwisuda? Anak SD-SMA diwisuda? Seperti naif, terlalu berlebihan dan mengada-ngada.Belum pantas dan memang tak layak. Begitu kira-kira penilaian orang tentang kemunculan acara wisuda di TK, sekolah dasar, menengah pertama  dan menengah atas.
Sekarang tengoklah, di mana-mana sekolah lebih pede dengan acara wisuda bagi siswanya.  semua siswa kelas 3SLTP/SLTA atau kelas 6  SD berdandan bak seorang sarjana yang baru merampungkan studi S1- S3. Para siswa duduk dalam barisan ‘wisudawan/wisudawati’. Beberapa saat kemudian, satu persatu naik ke panggung dan mereka turun kembali dengan berkalung toga. Kepala sekolah punya kebiasaan baru: mengalungkan toga di atas samir para siswa sebagai tanda lulus, plus ijazah.
Mengapa muncul istilah wisuda sekolah? Apakah wisuda hanya cocok untuk acara pelepasan sarjana di Perguruan Tinggi?

Makna Wisuda
Istilah serupa dengan makna "Wisuda" dalam Bahasa Inggris biasanya yang sering digunakan adalah "Graduation". Ada yang meyakini bahwa kata wisuda berasal dari bahasa Sansekerta yaitu, “wisudda” yang berarti bersih, murni, atau habis sama sekali. Misalnya dalam kitab Ramayana, sebagaimana dikutib oleh P.J. Zoetmulder, ada ungkapan “Wisudha malilang langit” yang kira-kira artinya “langit sedang cerah dan terang benderang”. Agaknya dari kata ini kemudian orang Jawa mengambil bagian suku kata terdepannya saja yaitu “wis” sedang orang Melayu mengambil bagian dua suku kata terakhirnya yaitu “sudda” yang lantas menjadi “sudah”. Kini kita tahu dua kata itu artinya sama yaitu selesai atau berakhir.
Secara  khusus menurut orang Jawa, bahwa kata wisuda berasal dari dua suku kata yaitu ‘wis’ dan ‘sudah’. Kata ‘wis’ merupakan kata  yang berarti ‘sudah’, ‘ya’, ‘baiklah’, dan sebagainya. Kata ‘sudah’ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia yang berarti ‘sudah’ itu sendiri. Jadi jika digabung berdasarkan makna masing-masing kata yang telah saya jelaskan diatas, maka kata ‘wisuda’ dapat memiliki definisi ‘ya sudah’ atau ‘sudah’. Namun jika didefinisikan berdasarkan makna yang lebih bebas atau tergantung dengan konteks pemakaiannya, maka dapat berarti ‘ya sudah selesai’. Jadi ketika seorang mahasiswa/mahasiswi yang telah menyelesaikan pendidikannya menjalani wisuda, maka sebenarnya pihak kampus atau universitas hanya bermaksud berkata kepada mereka, ‘ya kalian sudah selesai belajar di sini’. 
Wisuda' dalam bahasa Indonesia biasanya lebih mengacu pada acara kelulusannya (graduation ceremony) daripada kelulusan itu sendiri (graduation).  Istilah wisuda mengandung makna pernyataan simbolik tentang berakhirnya suatu proses pemurnian atau pencerahan. Dengan demikian, mereka yang akan diwisuda ini adalah ibarat berlian yang sudah dimurnikan dari bongkahan batu cadas yang semula tak berharga. Ibarat lempengan besi yang kini menjadi keras dan bertuah, karena sudah ditempa dan diasah. Itulah yang sebenarnya di balik makna wisuda.
Secara harfiah wisuda berarti bersih, cermat dan jernih merupakan penganugerahan gelar akademis kepada mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan studinya dengan baik. Pada upacara wisuda diberikan ijazah atau sertifikat tanda kelulusan. Wisuda pertama kali diselenggarakan oleh  universitas-universitas di Eropa pada Abad Pertengahan. Dalam History Church Scotch karya Spottwold, disebutkan bahwa upacara wisuda (graduation) ini pertama kali diadakan pada tahun 1639.
Dengan demikian memang pada awalnya acara wisuda (graduation), diperuntukan bagi para mahasiswa bukan untuk siswa sekolahan. Wisuda bagi para mahasiswa merupakan prosesi akhir berupa penganugerahan gelar akademik setelah menamatkan studi dengan bobot SKS tertentu, tugas akhir dan sejumlah persyarakat lainnya di pergguran tinggi. 
Di sebagian besar universitas atau perguruan tinggi para wisudawan dan wisudawati mengenakan toga atau jubah, yaitu baju panjang berwarna hitam, lengannya lebar sebagai pakaian jabatan bagi Senat, Hakim Sarjana dipakai pada acara khidmat tertentu. Selain toga, juga mengenakan peci akademik. Sesuai tradisi, toga dan peci, yang bagian atasnya berkuncir berwarna hitam. Warna kuncir menandai gelar yang mereka terima. Para wisudawan dan wisudawati juga mengenakan kerudung di punggung untuk menunjukkan gelar tertinggi yang telah mereka sandang.
Pakaian ini berbentuk jubah dan membutuhkan sebuah kain panjang yang berukuran antara 2 sampai 6 meter. Kain ini dililitkan di tubuh. Toga dipakai oleh pria, sedangkan wanita menggunakan stola. Warga lain dilarang menggunakannya.
Dewasa ini toga hanya dikenakan pada kesempatan-kesempatan resmi dan pada lembaga-lembaga tertentu. Bentuk toga juga berubah menjadi semacama jubah tertutup. 
Di Indonesia sekarang ini, toga digunakan antara lain oleh para rohaniawan Kristen, hakim pada saat persidangan, dan mahasiswa-mahasiswi pada upacara wisuda dan juga para anak RA/TK hingga  SLTA saat acara perpisahna sekolah.

Jangan Berlebihan
Dengan demikian secara bahasa dan harfiah, wisuda sesungguhnya dapat dipakai untuk semua tingkatan pendidikan. Tradisi wisuda untuk prosesi penganugerahan gelar sarjana bagi mahasiswa yang telah selesai menempuh studi si Perguruan Tinggi, kini ditiru sekolah-sekolah, sah-sah saja.
Seorang kepala SMP di Ciamis mengaku mengadakan acara wisuda bagi siswa kelas IX, sebagai bentuk layanan kepada wali murid dan siswa.
“Tak ada maksud lain atau gagah-gagahan. Ini murni sebagai pelayanan terakhir dari kami pada mereka dan juga orangtua siswa.” ujarnya.
Menurutnya acara wisuda sebenarnya tak jauh berbeda dengan acara samen (istilah Sunda) atau perpisahan sekolah. Hanya bentuknya agak mirip wisuda sarjana.
Sedangkan konsekuensi ada penambahan biaya yang harus dikeluarkan secara pribadi oleh orangtua siswa, pihaknya mengaku tidak memaksanya.“Misalnya biaya pakaian, toga atau lainnya, kami tak mewajibkannya. Siswa sudah bisa hadir di acara puncak saja sudah senang.” katanya.
 Wisuda anak sekolah memang bukan wisuda mahasiswa perguruan tinggi. Maka bentuk acara, perak-perniknya sebaiknya jangan berlebihan. Memberi keriangan dan kebahagiaan pada anak didik yang telah selesai menempuh pendidikan selama 3 atau 6 tahun, adalah hal yang positif. Namun jangan sampai semua persembahan luar biasa dan wah itu ditumpahkan berlebihan di  sebuah ‘pesta wisuda sekolah”. 
Anak-anak sekolah harus diyakinkan bahwa nantinya bagi mereka akan ada kenangan terakhir yang paling besar dan lebih bermakna ketika mereka mampu menempuh pendidikan tinggi bernama wisuda sarjana. Kuncinya terus belajar, terus bersekolah di mana pun tempatnya. Jangan sampai kemeriahan wisuda sekolah menjadi yang terakhir bagi mereka karena selanjutnya mereka tak mau melanjutkan sekolah atau kuliah. Jangan sampai mereka berkata: “buat apa kuliah? Sekarang saja saya sudah merasakan bagaimana wisuda itu!”
Tentu kita harus yakinkan mereka bahwa belajar dan menuntut ilmu jangan  terhenti hanya karena mereka sudah merasakan bagaimana wisuda sekolah. Semewah, semegah, semeriah apapun acara wisuda sekolah, itu bukan akhir dari perjuangan menuntut ilmu dan keterampilan untuk bekal hidup mereka.
Nak, selamat bersekolah lagi! 
(agus ponda/ganesha)

Tidak ada komentar: