Selasa, 01 November 2011

Kemdiknas Berubah Jadi Kemdikbud

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya melakukan Reshuffle Kabinet. SBY menambah sejumlah wakil menteri, menggeser, dan mengganti menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Perubahan nama sejumlah departemen pun terjadi, salah satunya Kementerian Pendidikan Nasional.
..........................................

Akibat reshuffle kabinet, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyampaikan, Kementerian Pendidikan Nasional berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Dalam mengemban tugasnya, Mendiknas mendapat dua tambahan wakil menteri yang membidangi pendidikan dan kebudayaan.
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah mengumumkan adanya perubahan. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sedangkan di sini berubah jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Menteri Nuh.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Profesor Arsitektur Universitas Gadjah Mada, Wiendu Nuryanti, untuk menjabat wakil menteri bidang kebudayaan Kementerian Pendidikan Nasional dan Musliar Kasim untuk bidang pendidikan.
Sesuai Keppres No.59/P/Tahun 2011, Mendiknas Mohammad Nuh resmi berganti jabatan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Mendiknas mengatakan, saat ini di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kembudpar) ada dua direktorat jenderal yang mengurusi bidang kebudayaan. Nantinya, kata Menteri Nuh, akan digabung menjadi satu, yaitu menjadi Direktorat Jenderal Kebudayaan. “Kantornya di sini (Kemdiknas),” katanya.
Mendiknas menyampaikan, Kembudpar saat ini juga menerima anggaran fungsi pendidikan. Nantinya, anggaran tersebut akan dialihkan. “Saya baca di draft (anggarannya) Rp 260 miliar, tetapi yang penting bahwa kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, sehingga tidak ada perdebatan anggaran pendidikan dipakai yang lain,” katanya.
Menurut Mendiknas, proses pembudayaan termasuk bagian dari pendidikan. Menteri Nuh menyebut ada tiga hal yang akan dilakukan terhadap budaya yaitu konservasi, pengembangan, dan sebagai diplomasi kultural.
“Pendidikan jangan hanya diartikan matematika, fisika, kimia, dan biologi. Pendidikan itu hakikatnya memanusiakan manusia termasuk di dalamnya menghargai produk-produk budaya kita,” katanya.
Tujuan Kemdikbud
Menteri Nuh mengatakan, ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Yang pertama adalah ingin nilai-nilai budaya melekat dalam proses pendidikan kita,” ujarnya ketika menggelar jumpa pers di Gedung A Kemdikbud, Rabu siang (19/10).
Kedua, Kemdikbud ingin menumbuhkan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap nilai-nilai budaya. Ia memberi contoh apresiasi anak-anak terhadap museum. Menurutnya, kehadiran museum belum bisa menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk mempelajari sejarah atau nilai budaya. “Museum belum bisa memunculkan nilai atraktif”.
Tujuan yang terakhir, Kemdikbud akan berusaha menggali warisan budaya yang belum ditemukan. Saat ini, warisan budaya Indonesia yang telah diangkat menjadi warisan budaya dunia antara lain batik, wayang, keris, dan angklung. Untuk ke depannya, diharapkan akan bertambah warisan budaya Indonesia yang dikenal masyarakat dunia.
Adapun Musliar Kasim mengatakan, penyatuan visi pendidikan dan kebudayaan ke dalam satu kementerian harus bisa saling mengisi.
“Anak didik harus punya kecerdasan yang baik, tapi juga memiliki karakter budaya Indonesia,” tuturnya.
Sedangkan Windu, mengatakan, akan memprioritaskan terselesaikannya cetak biru pembangunan nasional kebudayaan hingga akhir 2011 mendatang.
“Tujuan cetak biru itu untuk jadi panduan, berisi kebijakan-kebijakan ke depan, 15 atau 20 tahun ke depan. Dalam cetak biru tersebut akan dijabarkan strategi dan program-program untuk pembangunan nasional kebudayaan. Misalnya di bidang pilar karakter. Bagaimana membangun karakter berpikir positif, gotong royong, saling menghargai, dan lain sebagainya. Seperti apa programnya, kampanyenya, kurikulumnya, dan lain-lain,” ungkap Wiendu di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Rabu (19/10).
Wiendu menambahkan, pada tahun 2012 yang paling penting untuk dilakukan adalah pembentukan karakter dan sumber daya manusia (SDM) kebudayaan. Ia menilai, SDM kebudayaan yang ada saat ini tidak mampu berkompetisi dengan dunia luar. “Contohnya, penerjemah bahasa. Kalau mau kerja di luar negeri, kan perlu sertifikasi. Tapi ternyata masih banyak yang belum bisa memenuhi persyaratan itu,” tukasnya.
Menurutnya, dalam waktu dekat, pemerintah juga akan menggelar rembug budaya dengan para seniman, budayawan, dan lain-lain. “Nantinya itu semua akan dirangkum menjadi cetak biru supaya bisa menjadi payung sehingga arah kebijakannya jelas mau kemana,” ujarnya.
(dari berbagai sumber/agus ponda/ganesha)

Tidak ada komentar: