Selasa, 12 Juli 2011

Mumpung Siswa Tak Ada di Sekolah


Liburan saatnya sekolah berbenah
Bagi sebagian besar orang dianggap sebagai hari kebebasan. Bagi siswa liburan berarti hari-hari tanpa kewajiban masuk ke sekolah atau belajar di kelas. Bagaimana liburan bagi guru, kepala sekolah dan komponen sekolah lainnya?
.....................................................
Untuk beberapa hari, guru, kepala sekolah dan staff tata usaha bolehlah ikut larut dalam kenikmatan libur sekolah. Bersama keluarga, pergi ke obyek wisata, berkunjung ke famili di luar kampung halaman, atau bersantai ria di rumah. Liburan penting untuk penyegaran raga dan psikologis.
Dr. Agus Sumantri, M.Pd., mengatakan liburan adalah salah satu hak guru. Para guru berhak menikmatinya.”Itu sudah jadi hak guru. Liburan bisa dimanfaatkan untuk me-refresh-kan diri dari kejenuhanan, namun juga bisa digunakan untuk merefleksikan diri tentang kinerja yang telah dilakukannya.” Ujar Doktor Pendidikan lulusan UPI Bandung itu.
Namun lanjut Agus, menjelang tahun ajaran baru tiba, lembaga sekolah harus kembali bersiap untuk menjalankan fungsinya. Guru tak bisa berleha-leha lagi.
Idealnya bagi guru, liburan tak boleh dihabiskan tanpa hal-hal positif. Ini karena di tengah mepetnya sisa liburan, sekolah juga perlu waktu untuk mendesain kembali bagaimana kualitas pendidikan yang bisa diberikan kepada siswa semakin baik di tahun ajaran baru. Desain itu bukan hanya untuk siswa baru, tapi juga untuk siswa lama,” kata kepala sekolah SMPN 2 Ciamis itu.
Itu sebabnya, tambah Agus, khususnya di SMPN 2 Ciamis setiap menjelang tahun ajaran baru selalu ada program workshop bagi guru. Selama 2-3 hari, ibarat handphone, mereka kembali di-cash.
“Dengan cara itu guru-guru kami menjelang tahun ajaran baru telah siap dengan komitmennya untuk meningkatkan kinerja dengan segala persiapan yang maksimal seperti penguasaan materi ajar, metode pembelajaran dan juga administrasinya,” katanya.
Bukan hanya itu waktu liburan yang tersisa sejatinya harus pula dipakai sekolah untuk memperbaharui mental dan semangat semua komponen sekolah. Kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, siswa dan bahkan orang tua serta pemangku kepentingan (stakeholder) sekolah lainnya mesti memperbarui mental dan semangat demi sekolah.
Agus setuju, di tengah ketatnya persaingan kualitas sekolah, sudah saatnya sekolah terus berbenah. Di tengah tuntutan masyarakat yang semakin kritis, sekolah, baik negeri maupun swasta harus kian nyata menunjukkan kualitas.
Performance Baru
Beraitan dengan kinerja guru, Yunizar dalam tulisannya di sebuah website mengatakan bahwa tahun ajaran seharusnya menjadi tantangan menarik bagi guru, terlebih bagi mereka yang sudah mendapat tunjangan profesi. Tekad untuk peningkatkan kinerja, peningkatan disiplin, dan peningkatan kualitas diri sepantasnya bergema di kalangan guru.
“Di tempat saya mengajar, biasanya ada iklim seperti itu. Sehingga apa yang mereka dapat (penghargaan) tentunya sebanding dengan yang apa mereka kerjakan,” ujar Yunizar.
Tahun ajaran baru adalah saatnya memulai langkah tanggung jawab dan hak baru. Tidak boleh ada lagi pelanggaran ketentuan dalam kesadaran atau di luar kesadaran seperti setahun atau selama bertahun-tahun sudah dilakukan.
“Guru-guru yang tidak melaksanakan tugas dengan baik, pegawai TU yang lebih suka bermain game di depan komputer dari pada menyelesaikan tugas-tugas administrasi, Kepala Sekolah yang lebih banyak keluar meninggalkan sekolah dari pada mengurus sekolah dan para siswa yang tidak ikhlas mematuhi ketentuan dan peraturan sekolah, itu tidak boleh lagi ada.”ujarnya.
Sementara itu Ismilah Ardianingrum, seorang guru di Kebumen menuturkan bahwa untuk membuat tahun ajaran baru nanti lebih baik dari tahun ajaran sebelumnya, dibutuhkan kerja sama solid serta kinerja yang baik antara pengelola satuan pendidikan dan para pemangku kepentingan pendidikan.
“Kerja sama itu mesti dibarengi semangat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu faktor yang berperan penting adalah pendidik. Pendidik diharapkan bisa mendayagunakan segala kompetensi, antara lain kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional.” Ujar Ismilah.
Kata Ismilah, beragam kompetensi itulah yang semestinya dapat memfasilitasi peserta didik untuk menjadi manusia pembelajar sekaligus generasi penerus pembangunan bangsa. Dalam pembelajaran, pendidik perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, pendidik mesti memahami karakter psikologis peserta didik dalam pembelajaran.” Jadi terjadi integrasi antara hati dan diri sehingga memotivasi siswa dalam pembelajaran.” tegasnya.
Ia menjelaskan, dalam buku The Power of Emotional and Adversity Quotient for Teachers, seorang pendidik dianalogkan sebagai air, udara , api, dan tanah. Ibarat air, guru harus terus menyejukkan dan memberikan kesegaran. Ibarat udara, guru harus terus melegakan dan memberikan nafas kehidupan. Ibarat api, guru harus terus menghangatkan dan memberi penerangan. Ibarat tanah, guru harus terus menopang dan memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang.
“Begitulah seharusnya guru, pendidik yang selalu memberi ruang bagi perkembangan potensi peserta didik. Selalu membekali peserta didik dengan kompetensi yang sesuai untuk menghadapi persaingan global.” kata Ismilah.
Tampilan Sekolah Baru
Sekolah-sekolah yang mudah dijangkau, nyaman dan selalu memberi inspirasi akan selalu di minati para siswa. Di tahun ajaran baru, banyak trik yang dapat dilakukan sekolah untuk memperbaharui penampilan sekolah. Contohnya penampilan fisik.
Sekolah bisa berbenah untuk ‘sedikit’ merubah suasana lingkungan. Bila misalnya selama ini kurang bersih, maka dibuat lebih bersih dan sehat. Bila gersang, maka perlu penghijauan. Bila ‘berantakan’, maka perlu penataan.
Sekolah-sekolah yang memiliki dana yang cukup bisa merubah warna cat bangunan, kelas atau melakukan perubahan di beberapa bagian saja. Perubahan tampilan ini, dapat memberikan penyegaran bagi guru dan siswa. Mereka akan bosan bila dari tahun ke tahun, sekolah tak mengalami perubahan termasuk dalam hal perubahan penampilan fisik bangunan dan lingkungan sekolah. Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi basis belajar siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Intinya liburan jangan dibiarkan berlalu begitu saja. Sekolah-sekolah yang dinamis akan memanfaatkan masa liburan untuk memperbaiki kualitas dan layanan pendidikan di tahun ajaran baru. Sebaliknya sekolah yang cenderung statis hanya akan sibuk merencanakan penyambutan seremonial untuk siswa baru saja.Tak lebih dari itu.
(apon/ganesha).

Tidak ada komentar: