Minggu, 06 Februari 2011

Guru Tambah Repot

Kelulusan Siswa Juga Ditentukan Nilai Rapor
Jadwal Ujian Nasional 2011 kian dekat. Sejumlah daerah sibuk mempersiapkan hajatan tahunan tersebut, mulai dari sosialisasi hingga pembahasan pelik lainnya. Dan yang lebih bakal repot adalah para guru, sebab kini nilai rapor tak bisa dipandang sebelah mata. Siswa bisa tak lulus gara-gara nilai rapornya jeblok.
......................................
Di Tasikmalaya misalnya, menjelang UN MKKS SMP Kabupaten ini terus disibuk-kan dengan rapat-rapat, yang hampir satu pekan berlangsung. Mereka harus mengam-bil lokasi di empat titik, yang disesuaikan dengan sub rayon masing-masing, wilayah Utara, Timur, Selatan dan Barat.
“Kami memang sedang sibuk-sibuknya, mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka menyambut UAAS dan UN ini, kami tahun ini harus lebih siap,” tutur Abu Hayat S.Pd., M.Pd., saat ditemui Ganesha, sebelum menuju ke ruangan rapat, yang diadakan di SMP N I Singaparna.
Bagi Abu, pentingnya para kepala se-kolah berkumpul, yakni untuk mensera-gamkan pemikiran, juga dalam rangka me-rumuskan soal-soal, yang imbasnya menja-di usulan untuk ke pusat. “Memang baru kali ini ujian lokal dilaksanakan terlebih dulu ketimbang ujian nasional, jadi otoma-tis kita dulu yang kebagian membuat soal, makanya saya dan teman-teman ingin opti-mal dalam merumuskan soal,” tutur kepala sekolah SMP N I Sukarame ini semangat.
Abu yang sudah punya pengalaman, bagaimana, menghadapi anak yang tidak lulus, untuk mengikuti ujian persamaan ini, akhirnya mengungkapkan bahwa UN bukan sesuatu yang harus di takuti, tapi UN harus diikuti oleh anak, dan diimbangi oleh doa dan usaha,” Saya menghadapi UN sudah biasa dan tenang saja, toh sekarang nilainya juga memasukan nilai rapor, jadi tidak ada data yang bisa dimanipulasi, namun seadanya, kalau nilai rapotnya bagus, maka bisa menolong manakala, nanti nila UN ada yang jatuh,”kata Abu.
Jangan Sepelekan Rapor
Hal senada pun diungkapkan oleh, Drs. Teddy Sutardy, kepala sekolah SMPN I Padakembang. Menurutnya, UN, memang harus disikapi dengan kesiapan dari orang tua, guru, siswa, dan kepala sekolah, dan baru nanti hasilnya akan terlihat, “Saya opti-mis anak-anak, akan terlihat lebih siap, dan sekarang kita bisa menolong mereka, kalau saja mereka nilai rapornya bagus,” katanya.
Sementara Wakasek Kurikulum SMA N I Singaparna, Drs. H. Asep, menanggapi UN, sedikit mengeluh karena pekerjaan guru bertambah. Saat ini, karena melibatkan nilai rapot untuk menentukan nilai UN, maka para guru pun atomatis sibuk untuk mengakumulasikan nilai rapot, “Saya nilai sekarang guru akan lebih repot, dan ini mau tidak mau harus mereka kerjakan, “ katanya.
Tapi di sisi lain, Asep pun merasa bang-ga, karena nilai rapot akhirnya diperhitung-kan dalam menentukan kelulusan siswa. tidak berdasarkan nilai UN semata. “Saya senang, sekarang rapot, yang merupakan jerih payah guru dan siswa sehari-hari dapat dihargai, dan memberikan kontribusi bagi kelulusan siswa,” katanya.
Untuk menentukan kelulusan, saat ini memang tidak berdasarkan UN semata, namun berdasarkan dua penilaian, yakni Ujian lokal, dan UN, dan itu ada dua penggabungan nilai, yang nantinya akan dijadikan satu,”Jadi kita harus membuat laporan nilai ujian lokal, yang nantinya dilaporkan ke pusat, dan baru mereka yang menentukan kelulusan,” kata Abu Hayat.
(deanur/ganesha)

Tidak ada komentar: