Senin, 16 Januari 2012

Jumlah Guru Perempuan Masih Dominan

Wow, 335 Sekolah Dipimpin Kepsek Perempuan!
Setiap tanggal 22 Desember bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu. Berkenaan dengan peringatan Hari Ibu, Tabloid Ganesha menurunkan tulisan tentang guru perempuan dan tenaga kependidikan lainnya di Kabupaten Ciamis. Wawancara pun dilakukan dengan Kasubag Kepegawaian dan Umum Disdik Kabupaten Ciamis, Drs. U. Sukiman. Pejabat yang paling paham urusan kepegawaain, termasuk pegawai kaum hawa itu bertutur soal guru perempuan. Berikut liputannya.
....................................

Menurut data yang ada, di Kabupaten Ciamis guru perempuan lebih banyak jumlahnya dari pada guru laki-laki. Dari sekitar 13 ribu guru, lebih dari setengahnya adalah perempuan.
Saat ini guru perempuan banyak terse-bar di berbagai tingkatan sekolah mulai dari guru TK sebanyak 375, SD 7922, SMP 2008, SMA 772, dan SMK 330 orang sehingga totalnya mencapai 11.407 orang. Dari jum-lah itu, sekitar 335 guru perempuan berani mengambil pilihan menjadi kepala sekolah mulai dari tingkat dasar hingga SLTA.
Hal ini dikemukakan oleh Kasubag Kepegawaian dan Umum Disdik Kabupaten Ciamis, Drs. U. Sukiman, ketika ditemui di Ganesha di ruang kerjanya baru-baru ini. Menurut U. Sukiman, banyaknya guru perempuan bisa disebabkan jumlah pendu-duk di Indonesia kebanyakan kaum perem-puan. Komposisi ini berpengaruh pada jumlah guru perempuan termasuk di Tatar Galuh. Sukiman juga yakin, secara faktual, minat kaum perempuan menjadi guru cukup tinggi, bahkan cenderung meningkat.
“Itu bisa kita lihat datanya. Angka melanjutkan menurut data yang ada di FKIP beberapa perguruan tinggi di Ciamis, juga mencatat banyaknya jumlah perempuan yang meneruskan studinya di program keguruan dan ilmu kependidikan,” ujar Sukiman.
Ini menandakan di tengah makin baiknya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru, masyarakat pun banyak yang berpikiran bahwa profesi guru sangat cocok dijalani kaum perempuan.

Sama dengan Laki-laki
Terkait dominannya jumlah guru perempuan, Sukiman mengaku, tak ada perbedaan perlakukan pada guru perempuan dibanding guru laki-laki.
Contohnya dalam hal dalam pemenuhan kewajiban kerja sama saja. Beban kerja guru terutama guru PNS tidak berdasarkan perbedaan gender.
“Meskipun kebanyakan guru dari kalangan perempuan tetapi untuk pemenuhan kewajiban tugas pokoknya sama dengan laki-laki. Apalagi saat ini setiap guru dituntut untuk 24 jam tatap muka dan itu berlaku bagi guru perempuan maupun laki-laki,” ujar Sukiman.
Lebih lanjut Sukiman menuturkan dalam karier kepangkatan, guru perempuan juga tidak kalah dibanding dengan laki-laki. Hal ini bisa terlihat dari data yang ada bahwa-sannya dari 1046 SD, 330 orang diantaranya dipimpin oleh kepala sekolah perempuan, dan dari 110 SMP 4 diantaranya dipimpin oleh kepsek perempuan, sementara kepala sekolah SMK baru 1 orang dari kalangan perempuan. Artinya lebih dari 30% sekolah di Kabupaten Ciamis dinakhodai seorang guru perempuan.

Tertinggal di Struktural & Akademik
Sukiman menilai kepemimpinan guru perempuan di sekolah cukup baik dan secara umum sangat mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Ciamis. Namun jumlah tersebut ternyata tidak dibarengi peningkatan jumlah pegawai di tingat struktural. Di struktural sendiri khususnya di lingkungan dinas pendidikan, jumlah perempuan yang memangku posisi tinggi sangat rendah.
“Untuk struktural sendiri khususnya di lingkungan dinas pendidikan baru 2 orang yang menjabat kepala seksi dari perempuan, yaitu Kasi Kurikulum SMA/SMK dan Kasi PAUD,” imbuhnya.
Namun disinggung mengenai kualifikasi pendidikan, guru perempuan masih terting-gal dibanding guru laki-laki. Terlebih untuk kualifikasi akademik setara S2, Sukiman me-ngungkapkan baru beberapa persen saja guru perempuan yang sudah berkualifikasi S2. “Saat ini yang sudah berkualifikasi S2 baru 68 orang, tersebar di kepala sekolah SD sebanyak 11 orang, guru kelas 5 orang, 19 orang SMP, 15 orang SMA, 7 orang SMK dan 11 orang pengawas sekolah. Untuk melanjutkan ke jenjang S2 kebanyakan guru perempuan itu banyak pertimbangannya,” terangnya.

KUPTD Pendidikan Kosong
Selain itu, lanjut Sukiman, sampai saat ini belum ada perempuan yang menjabat seba-gai kepala UPTD. “Ini bukan berarti perem-puan tidak mampu, tetapi potensi ke arah sana ada. Hal ini terbukti dengan masuknya berkas-berkas untuk pengajuan penyelek-sian calon kepala UPTD. Dan dalam hal ini kami tidak membeda-bedakan gender, berkas yang masuk asal sesuai dengan kriteria akan kami ikutsertakan dalam seleksi calon kepala UPTD,” ungkap Sukiman.
Begitu pula dalam penempatan suatu jabatan, lanjut Sukiman, tidak membeda-bedakan gender, tetapi dilihat dari kemam-puannya. “Perempuan juga bisa menempati jabatan apapun sesuai dengan kemampuan-nya, di samping mampu juga harus ada kemauan untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya. Dan yang terpenting harus mau membaca peraturan perubahan yang ada. Terus terang kami juga bangga karena memiliki trainer atau assesor PK Guru dari kalangan perempuan,” ujar Sukiman.
Menutup pembicaraan, Sukiman berharap guru perempuan tidak boleh manja. “Dalam segala hal guru perempuan harus bisa mandiri, jangan hanya ingin dilayani segala sesuatu-nya. Begitupun dalam peningkatan kualifikasi pendidikan untuk mendukung kualitas pendidikan jangan hanya asal-asalan saja. Karena bagaimana pun kita merasa bangga dengan peran ganda guru perempuan, selain mendidik siswa juga mendidik anak-anaknya di rumah,” pungkasnya. (ayu/agus ponda/ganesha)

Tidak ada komentar: