Rabu, 05 Oktober 2011

Guru Jangan Memble, Jika Mutu Pendidikan Tak Ingin Memble

63% Mutu Pendidikan Ditentukan Kinerja Guru
Guru ternyata memegang peran sentral dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Di sisi lain pemerintah telah ‘meng-anak-emaskan guru’ dibanding PNS lainnya. Pangkat yang cepat melejit, kesejahteraan terus membaik. Masihkah pantas terlena dan tak mau beranjak lebih berkualitas?
…………………………………………..

Dalam kunjungan kerjanya baru-baru ini ke PGRI Kabupaten Ciamis, Ketua PB PGRI Pusat, Dr. H. Sulistiyo, M.Pd., berani menyimpulkan bahwa 63% mutu pendidikan ditentukan kinerja guru. “Guru memble mutu pendidikan juga memble, pendidikan bermutu adalah melalui kinerja guru yang baik,” ujar Dr. Sulistiyo.
Menurut Dr. Sulistiyo, pendidikan yang baik sangat membutuhkan tenaga yang terampil agar menghasilkan peserta didik yang terampil. Oleh karena itu, bekerja sebaik-baiknya sebagai guru merupakan investasi agar generasi di masa depan sesuai karakter manusia Indonesia yang didasari Pancasila, UUD, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Dr. Sulistiyo mengimbau agar minimal setelah guru mendapatkan sertifikat profesional melalui sertifikasi ada perubahan kinerja ke arah yang lebih baik, bekerja lebih rajin, lebih disiplin, lebih tanggung jawab, lebih semangat dengan datang lebih awal. Menurut, Dr. Sulistiyo, hanya guru dan dosenlah PNS yang naik pangkatnya dua tahun sekali. “Kalau tidak ada peningkatan kinerja, ini sangat memalukan !” tegas Dr. Sulistiyo.
Perubahan kinerja tentu saja harus melalui pelatihan-pelatihan yang terus menerus, sangat berdosa sekali bila guru PNS seenak-nya saja bekerja, apalagi jika tugasnya banyak diserahkan kepada Non PNS yang nota bene digaji cuma Rp 100.000.-

Peran PGRI
Menurut Dr. Sulistiyo, ke depan PGRI sedang memperjuangkan guru non-PNS men-dapatkan honor yang layak dari pemerintah yang diharapkan di atas UMK dalam program mengentaskan satu juta guru miskin.
“Oktober ini akan ada PP Honorer tentang penetapan penghasilan minimal guru non PNS, kalaupun belum ada bulan ini maksimal November sudah ada. PGRI akan terus mendorong supaya secepatnya terealisasi PP honorer tersebut,” katanya.
Ia menambahkan, PGRI sejak lahir sudah menjadi mitra bagi pemerintah, gairahnya organisasi guru adalah ciri organisasi profesi. Dari tahun 1945, PGRI satu-satunya organi-sasi yang kejayaannya diakui pemerintah.
Pendekatan kepada guru sangat mudah, karena kekompakan, intelektual cerdas, maka jika dijelaskan dengan baik dan juga rasional sudah cukup. “Jadi, guru tidak usah demo kecuali terpaksa,” seloroh Dr. Sulistiyo.
Dr. Sulistiyo juga menambahkan bahwa PGRI harus mendorong peningkatan kinerja guru, dosen, dan tenaga kependidikan, mendorong terwujudnya peningkatan profesionalisme guru dan dosen. Selain itu, PGRI juga harus mendorong peningkatan kinerja jabatan birokrasi pendidikan, kepala sekolah, pengawas, dan penilik PNFI.
“Mudah-mudahan PGRI ke depan lebih kuat dan lebih tertata,” tambahnya. Itu sebabnya, kata Dr. Sulistiyo, sangat keliru dan keterlaluan jika guru tak mendukung program-program PGRI yang senantiasa berjuang demi kepentingan anggota. Sertifikasi itu hasil perjuangan PGRI berikut beberapa tunjangan lainnya. “Tak ada satu pun peningkatan dan pembaharuan pendapatan guru yang muncul tiba-tiba tanpa usul dan desakan PGRI kepada pemerintah,” ujar Dr. Sulistiyo.
Selanjutnya, Dr. Sulistiyo mengimbau agar guru senantiasa mengikuti perkemba-ngan iptek dan jangan sampai tertinggal oleh pesatnya kemajuan berbagai bidang.
“Guru harus dinamis dan optimis. Ikuti setiap perkembangan! Jangan kecewakan masyarakat dan bangsa yang telah menaruh kepercayaan besar terhadap guru dalam mendidik, mengajar, dan mempersiapkan generasi unggul dan berkarakter mulia.
Dalam kesempatan ini pun Dr. Sulistiyo, sangat berterima kasih kepada Wakil Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis yang sampai akhir acara masih meng-hadiri acara. “Biasanya di tempat lain sete-lah sambutan langsung pergi,” selorohnya.
(nung/ayu/ayu berliani/ganesha)

Tidak ada komentar: