Rabu, 13 Maret 2013

Mengapa Kurikulum Berubah Melulu?


Dalam sejarah pendidikan di Indonesia perubahan dan perbaikan kurikulum sudah beberapa kali dilakukan. Tujuannya agar kurikulum tersebut sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil pendidikan nasional yang maksimal. Tapi tanggapan masyarakat terkadang simpel, kok berubah mulu? Memangnya bisa beda hasilnya?
......................................................

Seperti halnya di  tahun 2013 ini, Kurikulum pendidikan di Indonesia akan drastis diubah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun kurikulum baru untuk tahun 2013 mendatang. Rencana ini sudah digagas sejak 2010 dan rencananya tahun ajaran baru sudah mulai diterapkan.
Alasannya, menurut Mendikbud Muhammad Nuh, kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Karena zaman berubah, maka kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan penalaran, bukan lagi hafalan semata.  
Perubahan ini diputuskan dengan merujuk hasil survei internasional tentang kemampuan siswa Indonesia. Salah satunya adalah survei “Trends in International Math and Science” oleh Global Institute pada tahun 2007.
Menurut survei ini, hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea yang sanggup mengerjakannya mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen siswa Indonesia dapat mengerjakan soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan. Sementara itu, siswa Korea yang bisa mengerjakan soal semacam itu hanya 10 persen.
Indikator lain datang dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Dan hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6. Satu kesimpulan dari dua survei itu adalah: prestasi siswa Indonesia terbelakang.
Lalu sebenarnya apa kekurangan mendasar dari kurikulum sekarang? Lanjut M.Nuh, pertama, zaman sudah berubah. Yang dibutuhkan bangsa ini adalah kreativitas. “Kita butuh modal pengetahuan. Tapi, itu saja tidak cukup. Jadi harus ada unsur produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Ke depan kita butuh anak-anak yang seperti itu. “ kata M.Nuh.
Ia menyoal, saat ini sudah ada banyak keluhan. Anak-anak Indonesia tidak kreatif. Pembelajaran hanya mengejar hafalan. Bahan pelajaran sedemikian banyak, anak dijejali terus dengan hapalan.
“Lha, apa ini harus dibiarkan? Ya, perlu kita ubah, kita perbaiki. Bukan berarti yang lama itu salah semua. Yang lama itu benar pada zamannya. Yang kami garap ini juga tidak ada yang berani garansi selama 20 tahun tak akan diubah lagi. Tidak ada memang di dunia ini, kurikulum dipertahankan sampai 30 tahun. Tidak ada. “ tegasnya.
Lanjut Mendikbud, jika standar kompetensinya berubah, prosesnya dan materinya juga ada yang berubah. Misalnya dari sisi proses. “Pendekatannya berubah. Kita ingin agar anak-anak jadi kreatif. Pertanyaannya, apakah kreativitas itu bisa dibentuk atau dibangun? Ada beberapa riset yang menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibentuk melalui proses pendidikan. Salah satunya adalah penelitian di Harvard University tahun 2011,” jelas Nuh.
Terang M.Nuh, ada dua pertiga kesempatan membangun kreativitas melalui pendidikan. Sepertiganya melalui faktor genetik atau bawaan. Ini berbeda dengan intelegensia yang dua pertiganya karena faktor bawaan, sepertiga melalui pendidikan.

Struktur Berubah
Idealnya, kata M.Nuh, jika intelegensianya tinggi, kreativitasnya juga tinggi. Tapi, kalau intelegensia bawaannya rendah, maka bisa memainkan space creativity. Meskipun intelegensianya pas-pasan, kreativitasnya bisa  dimanfaatkan.   Tentang bagaimana caranya membangun kreativitas, ada berbagai pendekatan yang bisa membangun kreativitas itu. Caranya, mulai kecil siswa dibiasakan untuk memanfaatkan inderawinya. “Ajak mereka mengamati. Jadi, bukan main di wilayah kosong. tapi perlu masuk ke wilayah riil sehingga setiap kejadian terekam. Misalnya, apa yang ada di bulan sana? Kita ajak anak-anak melihat melalui teropong. Contoh lainnya sel. Kita bisa pakai mikroskop. Baru mereka bisa mengerti apa itu sel,” katanya.
Nuh melihat, ke depan, persoalan semakin kompleks, beda dengan 30-40 tahun lalu. Karena kompleksitas ini, butuh kemampuan yang lebih tinggi dalam berpikir.
Katanya, mengamati saja belum cukup. Anak harus dikembangkan kemampuan untuk bertanya. Karena dari bertanya itulah muncul rasa penasaran intelektual. “Itu saja belum cukup. Siswa perlu kita ajari untuk berkemampuan mempresentasikan, mengkomunikasikan sesuatu, baik tertulis ataupun lisan. Oleh karena itu kita ajari bagaimana memformulasikan persoalan.Oleh karena itu, struktur mata pelajarannya pun juga berubah ” ujarnya.

Dapat Restu Presiden
Mendikbud Mohammad Nuh menyatakan, kurikulum sedang dituntaskan. Dan sebelumya sudah diujipublikan. Kini, Presiden SBY pun sudah memberi restu tentang perubahan kurikulum tersebut. Mohammad Nuh pun semakin percaya diri untuk segera menerapkan Kurikulum 2013 mulai bulan Juli tahun ini. 
Menurut Nuh, arahan Presiden SBY yang meminta Kemdikbud untuk terus melakukan  sosialisasi kurikulum baru dengan baik yang disampaikan pada saat mengantarkan sidang paripurna kabinet, pada Senin (18/2) lalu, dianggap sebagai bentuk restu.
“Bapak Presiden menyampaikan yang harus segera dilakukan adalah sosialisasi kurikulum, supaya dilaksanakan secara masif. Artinya, secara substansi beliau sudah bisa memahami bahwa Kurikulum 2013 ini penting,” kata Nuh, Selasa (19/2), di kantor Kemdikbud, Jakarta.
Nuh menjelaskan, berdasarkan atas arahan Presiden itu, pihaknya telah siap untuk melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan lebih gencar lagi.
Dalam waktu dekat, dirinya akan segera memberikan instruksi kepada para pejabat di kementeriannya dan para kepala dinas di daerah, serta akan menggandeng organisasi guru, seperti PGRI untuk melakukan sosialisasi lebih baik lagi.
Apalagi, lanjutnya, implementasi kurikulum baru ini tidak ada penolakan dari para guru. Ia kembali mengklaim, bahwa guru-guru di seluruh Indonesia telah menunjukkan kesiapannya dan ada keinginan yang kuat untuk segera menerapkan kurikulum baru.
Bahkan, kata dia, dari sisi organisasi dan kelembagaan, dapat dipastikan belum ada yang meminta penundaan pelaksanaan Kurikulum 2013.
“Semua pihak enggak ada yang minta (kurikulum) tunda, hanya minta dipersiapkan dengan baik. Kalau perorangan ada, tapi kelembagaan yang kita pegang,” ujarnya.
Mantan Rektor ITS ini juga menambahkan, kegiatan sosialisasi secara menyeluruh dapat menjadi jembatan antar berbagai pendapat berbeda yang selama ini masih ada mengenai kurikulum baru.
“Perbedaan pendapat itu sesuatu yang sangat wajar. Sehingga, dengan demikian, apa yang harus dilakukan memang sosialisasi. Seluruh pejabat bergerak untuk melakukan sosialisasi,” tandasnya.
Agaknya, mantan Menkominfo pada Kabinet SBY-JK ini terus menganggap sepi terkait masih adanya suara penolakan dari sejumlah elemen masyarakat.
Antara lain, seperti apa yang disuarakan oleh para anggota DPR dan Koalisi Pendidikan Tolak Kurikulum 2013, yang kembali meminta pemerintah untuk membatalkan pergantian kurikulum karena dinilai ada banyak kejanggalan dan persiapan yang masih minim.
Apalagi, ketika Nuh merasa telah mendapat restu secara langsung dan terbuka dari Presiden SBY, maka pihaknya menganggap sudah tidak ada lagi masalah yang krusial terkait implementasi Kurikulum 2013. “Yang penting dari para guru ada keinginan untuk melakukan, itu yang penting. Dan, saya tangkap itu sangat kuat,” pungkasnya. (agus ponda/ganesha/vc/wso)

Tidak ada komentar: