Sebagai sebuah organisasi, sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling terkait dan menentukan. Berkembang tidaknya sekolah sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Ia seorang pejabat formal, manajer, pendidik, juga sekaligus sebagai staf.
………………………………………..
Sebagai pejabat formal kepsek diangkat melalui proses, prosedur dan peraturan yang berlaku. Artinya tidak sembarang guru dapat menjadi ‘orang nomor satu” di sebuah sekolah. Serangkaian proses seleksi harus dijalani, mulai dari persyaratan administrasi, tes hingga hal lainnya.
Berkembang tidaknya sebuah sekolah memang pertama-tama ditentukan oleh faktor pemimpin. Itu sebabnya tidak bisa seseorang ujug-ujugnya menjadi kepala sekolah. Salah-salah mengangkat kepala sekolah, sebuah sekolah malah bertambah buruk kualitasnya.
Jika diibaratkan tubuh manusia, pemimpin adalah otaknya. Otak adalah bagian utama yang membuat seluruh organ tubuh berfungsi. Otak memungkinkan seluruh tubuh melakukan suatu pekerjaan, menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan sesuai ide sang otak. Bahkan selagi otak berfungsi dengan baik, seseorang dapat bepergian ke mana saja meski tidak memiliki tangan dan kaki.
Sebagaimana otak manusia yang dipilahkan ke dalam tipe genius, cerdas, normal dan bawah normal, kualitas pimpinan sebagai “otak sekolah” juga beragam. Ada pemimpin sekolah yang cerdas, kreatif, dan penuh tanggung jawab, tapi ada pula yang kurang kreatif, kurang cerdas dan kurang bertanggung jawab.
Pemimpin bertugas untuk membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai tujuan sekolah. Oleh karena itu, pemimpin sekolah dituntut memiliki keberanian dan kemampuan menggerak-kan bawahan, siswa dan wali murid agar arahan dan instruksinya didengar dan dilaksanakan.
Secara sederhana, tipe kepemimpinan kepala sekolah dapat dikelompokkan sebaga berikut ini:
1.Tipe Tim Leader/Pemimpin Profesional
Ini adalah tipe paling ideal. Pemimpin tipe ini fokus pada tujuan sekolah dan mampu menjalin hubungan baik dengan seluruh stake holder sekolah.
Team Leader sekolah haruslah orang yang paling paham tujuan, cara dan langkah-langkah mencapai target program dan target kerja secara terprogram, mensupervisi dan mengevaluasi, serta mempertanggung jawabkannya dalam bentuk laporan kerja.
Melalui seperangkat program kerja, tim leader berani dan mampu mengendalikan dan mengarahkan guru, pegawai, siswa dan wali murid untuk mencapai tujuan sekolah.
Kemampuannya menjalin hubungan baik dengan bawahan dan seluruh stake holder memungkinkan kerjasama yang kompak dan penuh kesadaran. Tipe ini mirip pola kepemimpinan tim sepak bola. Setiap tim biasanya memiliki kapten yang bertugas pengatur tim. Sebagai pemimpin, kapten sepakbola juga turut bermain dengan baik.
Karakteristik dan pola kepemimpinan team leader di sekolah tidak boleh asal bentuk. Team leader adalah guru terbaik di sekolah. Dia mampu memberikan contoh terbaik bagaimana menyusun program, rencana pembelajaran berikut instrumen yang diperlukan. Dia juga paling mampu memberi contoh pembelajaran terbaik.
Selain itu guru tersebut harus memiliki kelebihan itu memungkinkannya mampu mensupervisi dan mengevaluasi kinerja bawahannya.
Hubungan baik dan kesamaan panda-ngan memungkinkan semua orang bekerja sama secara kompak. Dia juga harus memi-liki kelebihan lain, terutama dalam hal ke-pemimpinan, managemen dan administrasi, sehingga mampu mengendalikan pengelo-laan sekolah sesuai garis kebijakan dan tujuan yang ditetapkan.
Tipe kepsek ini memerlukan kesamaan pandangan, kemampuan dan semangat juang seluruh tim, sehingga tugas dapat dibagi merata.
2. Tipe Pemimpin Idealis
Ini adalah tipe paling umum. Pemimpin idealis adalah orang yang fokus pada tujuan, hingga kadang kurang menjalin hubungan baik dengan semua komponen sekolah.
Kepemimpinan tipe idealis merupakan yang paling umum di sekolah-sekolah rintisan yang maju. Mereka mampu mencapai hasil bahkan lebih baik dari tipe tim leader. Ia fokus pada tujuan menjadikan guru dan pegawai harus bekerja keras. Akibatnya, mereka kadang merasa berat dan tertekan ketika berada di bawah pemimpin idealis yang sarat dengan target kerja betapaun kondisi dan kemampuan bawahannya.
Tipe ini mengacu pada tipe kepemimpinan birokrasi, militer dan perusahaan yang dihadapkan pada target kerja yang ketat. Tipe ini cocok untuk sekolah rintisan atau sedang bermasalah. Pemimpin yang tegas diperlukan ketika berhadapan dengan situasi yang tidak solid, tidak efektif atau terancam.
3. Tipe Kepsek “Nyantai”
Ini adalah tipe kepemimpinan yang buruk dan paling umum terjadi di sekolah-sekolah pedesaan. Kepala sekolah memiliki jalinan hubungan baik dengan bawahan, siswa dan wali murid tetapi bukan dalam konteks memuluskan tercapainya tujuan sekolah.
Kepala sekolah semacam ini biasanya paling disukai bawahan. Meski tidak efektif, suasana sekolah biasa terasa kompak, karena hubungan baik tersebut lebih menonjol dari segi hubungan pertemanan, bukan relasi profesional.
Ciri paling umum dari tipe kepala sekolah ‘nyantai’ ini adalah ia tadinya merupakan guru paling berpengaruh di sekolah karena kemampuan berkomunikasinya, meski sebenarnya bukan guru terbaik. Penguasaan konsep kerja sepenggal-penggal, tapi banyak berbicara meski sebenarnya tidak fokus.
Selain itu dalam penguasaan managemen, administrasi, dan didaktik-metodik rendah, bahkan di bawah guru kebanyakan. Akibatnya, dia tidak mampu melaksanakan tugas-tugas supervisi, evaluasi, apalagi membimbing guru yang lain.
Tipe kepsek nyantai umumnya mempunyai kualitas kepemimpinan (leadership) yang rendah dan instan, sehingga disertai dengan terjadi kepemimpinan terbalik. Kepala sekolah justru segan dan tidak berani memberi instruksi pada bawahan, padahal seharusnya bawahan yang segan kepadanya.
Akan tetapi kepsek tipe ini memiliki kemampuan berinteraksi dengan guru, siswa dan wali murid yang baik, sehingga sering kali mampu menutupi kelemahan sekolah. Ciri lainnya, managemen sekolah kurang efisien, karena suka mengadakan kegiatan yang berskala massive.
Sudah barang tentu kepemimpinan seperti ini tidak efektif. Arah program dan kualitas pembelajaran di sekolah tidak akan terfokus pada tujuan yang seharusnya ditetapkan dengan cermat.
Meski demikian, tipe kepemimpinan seperti ini bukan tidak ada gunanya. Kepemimpinan semacam ini biasanya dibutuhkan untuk kepentingan jangka pendek. Para pemimpin semacam ini biasanya dibutuhkan oleh para politisi, tapi bukan sekolahan.
Mereka mampu memobilisasi massa, seperti menggerakkan demonstrasi atau dukung mendukung pejabat. Pada tingkat tertentu mereka mampu memanipulasi emosi banyak orang hingga tanpa berfikir panjang tergerak mendukung atau menentang sesuatu.
4. Tipe Gambar/Simbol
Ini adalah tipe kepemimpinan paling buruk, tetapi banyak juga sekolah yang dipimpin oleh pemimpin semacam ini. Pemimpin hanya berperan sebagai gambar atau simbol belaka.
Keberadaannya seolah hanya sebagai syarat kelengkapan saja. Kepemimpinan semacam ini dapat dijumpai pada kepala sekolah dengan ciri-ciri, seperti jarang berbicara mengenai urusan riil di sekolah, karena tidak memiliki konsep pengelolaan sekolah (zero vision) dan fokus pemikirannya tidak ke sekolah.
Tipe ini juga ditandai dengan pekerjaan ‘tanda tangan saja, karena secara riil tidak menguasai tugasnya, baik edukatif, managerial hingga administratif.
“Pada dasarnya tipe kepsek ini lebih nyaman berada di luar sekolah, dan merasa kurang hidup saat berada di sekolah. Ini aneh sekali bagi kami,” aku seorang guru SD di Kabupaten Ciamis.
Kepsek simbol ini, cenderung pasrah dan biasa mewakilkan tugas sepenuhnya pada orang lain. Dan yang paling sering dilakukannya adalah menghindari supervisi, evaluasi dan kurang suka ikut pelatihan (managamen, administrasi dan pembelajaran).
Ciri lain, ia kurang suka melakukan rapat dan evaluasi dengan guru, pegawai maupun stake holder sekolah yang lain, karena tidak tahu apa yang harus dibahas. Bahkan akhirnya ia jarang berinteraksi dengan siswa secara langsung, karena visi edukatifnya lemah.
Ia juga sering menunda-nunda pekerjaan, mencari-cari alasan, menyalahkan situasi, aturan atau orang lain karena pada dasarnya tidak mampu melaksanakan tugas, juga tidak berani mengatasi keadaan.
Sudah pasti, ini bukan tipe kepala sekolah yang ideal, sebab pada dasarnya pemimpin semacam ini adalah orang yang tidak siap memimpin.
Secara mental, mereka tidak memiliki kemampuan dan keberanian seorang pemimpin. Selain tidak efektif, pemimpin simbol menjadikan suasana sekolah cenderung tidak kondusif.
Itulah secara singkat empat tipe kepala sekolah. Kepsek di sekolah Anda termasuk tipe yang mana? Silahkan cocokan saja.
(ganesha/ausaid/nt)
………………………………………..
Sebagai pejabat formal kepsek diangkat melalui proses, prosedur dan peraturan yang berlaku. Artinya tidak sembarang guru dapat menjadi ‘orang nomor satu” di sebuah sekolah. Serangkaian proses seleksi harus dijalani, mulai dari persyaratan administrasi, tes hingga hal lainnya.
Berkembang tidaknya sebuah sekolah memang pertama-tama ditentukan oleh faktor pemimpin. Itu sebabnya tidak bisa seseorang ujug-ujugnya menjadi kepala sekolah. Salah-salah mengangkat kepala sekolah, sebuah sekolah malah bertambah buruk kualitasnya.
Jika diibaratkan tubuh manusia, pemimpin adalah otaknya. Otak adalah bagian utama yang membuat seluruh organ tubuh berfungsi. Otak memungkinkan seluruh tubuh melakukan suatu pekerjaan, menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan sesuai ide sang otak. Bahkan selagi otak berfungsi dengan baik, seseorang dapat bepergian ke mana saja meski tidak memiliki tangan dan kaki.
Sebagaimana otak manusia yang dipilahkan ke dalam tipe genius, cerdas, normal dan bawah normal, kualitas pimpinan sebagai “otak sekolah” juga beragam. Ada pemimpin sekolah yang cerdas, kreatif, dan penuh tanggung jawab, tapi ada pula yang kurang kreatif, kurang cerdas dan kurang bertanggung jawab.
Pemimpin bertugas untuk membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai tujuan sekolah. Oleh karena itu, pemimpin sekolah dituntut memiliki keberanian dan kemampuan menggerak-kan bawahan, siswa dan wali murid agar arahan dan instruksinya didengar dan dilaksanakan.
Secara sederhana, tipe kepemimpinan kepala sekolah dapat dikelompokkan sebaga berikut ini:
1.Tipe Tim Leader/Pemimpin Profesional
Ini adalah tipe paling ideal. Pemimpin tipe ini fokus pada tujuan sekolah dan mampu menjalin hubungan baik dengan seluruh stake holder sekolah.
Team Leader sekolah haruslah orang yang paling paham tujuan, cara dan langkah-langkah mencapai target program dan target kerja secara terprogram, mensupervisi dan mengevaluasi, serta mempertanggung jawabkannya dalam bentuk laporan kerja.
Melalui seperangkat program kerja, tim leader berani dan mampu mengendalikan dan mengarahkan guru, pegawai, siswa dan wali murid untuk mencapai tujuan sekolah.
Kemampuannya menjalin hubungan baik dengan bawahan dan seluruh stake holder memungkinkan kerjasama yang kompak dan penuh kesadaran. Tipe ini mirip pola kepemimpinan tim sepak bola. Setiap tim biasanya memiliki kapten yang bertugas pengatur tim. Sebagai pemimpin, kapten sepakbola juga turut bermain dengan baik.
Karakteristik dan pola kepemimpinan team leader di sekolah tidak boleh asal bentuk. Team leader adalah guru terbaik di sekolah. Dia mampu memberikan contoh terbaik bagaimana menyusun program, rencana pembelajaran berikut instrumen yang diperlukan. Dia juga paling mampu memberi contoh pembelajaran terbaik.
Selain itu guru tersebut harus memiliki kelebihan itu memungkinkannya mampu mensupervisi dan mengevaluasi kinerja bawahannya.
Hubungan baik dan kesamaan panda-ngan memungkinkan semua orang bekerja sama secara kompak. Dia juga harus memi-liki kelebihan lain, terutama dalam hal ke-pemimpinan, managemen dan administrasi, sehingga mampu mengendalikan pengelo-laan sekolah sesuai garis kebijakan dan tujuan yang ditetapkan.
Tipe kepsek ini memerlukan kesamaan pandangan, kemampuan dan semangat juang seluruh tim, sehingga tugas dapat dibagi merata.
2. Tipe Pemimpin Idealis
Ini adalah tipe paling umum. Pemimpin idealis adalah orang yang fokus pada tujuan, hingga kadang kurang menjalin hubungan baik dengan semua komponen sekolah.
Kepemimpinan tipe idealis merupakan yang paling umum di sekolah-sekolah rintisan yang maju. Mereka mampu mencapai hasil bahkan lebih baik dari tipe tim leader. Ia fokus pada tujuan menjadikan guru dan pegawai harus bekerja keras. Akibatnya, mereka kadang merasa berat dan tertekan ketika berada di bawah pemimpin idealis yang sarat dengan target kerja betapaun kondisi dan kemampuan bawahannya.
Tipe ini mengacu pada tipe kepemimpinan birokrasi, militer dan perusahaan yang dihadapkan pada target kerja yang ketat. Tipe ini cocok untuk sekolah rintisan atau sedang bermasalah. Pemimpin yang tegas diperlukan ketika berhadapan dengan situasi yang tidak solid, tidak efektif atau terancam.
3. Tipe Kepsek “Nyantai”
Ini adalah tipe kepemimpinan yang buruk dan paling umum terjadi di sekolah-sekolah pedesaan. Kepala sekolah memiliki jalinan hubungan baik dengan bawahan, siswa dan wali murid tetapi bukan dalam konteks memuluskan tercapainya tujuan sekolah.
Kepala sekolah semacam ini biasanya paling disukai bawahan. Meski tidak efektif, suasana sekolah biasa terasa kompak, karena hubungan baik tersebut lebih menonjol dari segi hubungan pertemanan, bukan relasi profesional.
Ciri paling umum dari tipe kepala sekolah ‘nyantai’ ini adalah ia tadinya merupakan guru paling berpengaruh di sekolah karena kemampuan berkomunikasinya, meski sebenarnya bukan guru terbaik. Penguasaan konsep kerja sepenggal-penggal, tapi banyak berbicara meski sebenarnya tidak fokus.
Selain itu dalam penguasaan managemen, administrasi, dan didaktik-metodik rendah, bahkan di bawah guru kebanyakan. Akibatnya, dia tidak mampu melaksanakan tugas-tugas supervisi, evaluasi, apalagi membimbing guru yang lain.
Tipe kepsek nyantai umumnya mempunyai kualitas kepemimpinan (leadership) yang rendah dan instan, sehingga disertai dengan terjadi kepemimpinan terbalik. Kepala sekolah justru segan dan tidak berani memberi instruksi pada bawahan, padahal seharusnya bawahan yang segan kepadanya.
Akan tetapi kepsek tipe ini memiliki kemampuan berinteraksi dengan guru, siswa dan wali murid yang baik, sehingga sering kali mampu menutupi kelemahan sekolah. Ciri lainnya, managemen sekolah kurang efisien, karena suka mengadakan kegiatan yang berskala massive.
Sudah barang tentu kepemimpinan seperti ini tidak efektif. Arah program dan kualitas pembelajaran di sekolah tidak akan terfokus pada tujuan yang seharusnya ditetapkan dengan cermat.
Meski demikian, tipe kepemimpinan seperti ini bukan tidak ada gunanya. Kepemimpinan semacam ini biasanya dibutuhkan untuk kepentingan jangka pendek. Para pemimpin semacam ini biasanya dibutuhkan oleh para politisi, tapi bukan sekolahan.
Mereka mampu memobilisasi massa, seperti menggerakkan demonstrasi atau dukung mendukung pejabat. Pada tingkat tertentu mereka mampu memanipulasi emosi banyak orang hingga tanpa berfikir panjang tergerak mendukung atau menentang sesuatu.
4. Tipe Gambar/Simbol
Ini adalah tipe kepemimpinan paling buruk, tetapi banyak juga sekolah yang dipimpin oleh pemimpin semacam ini. Pemimpin hanya berperan sebagai gambar atau simbol belaka.
Keberadaannya seolah hanya sebagai syarat kelengkapan saja. Kepemimpinan semacam ini dapat dijumpai pada kepala sekolah dengan ciri-ciri, seperti jarang berbicara mengenai urusan riil di sekolah, karena tidak memiliki konsep pengelolaan sekolah (zero vision) dan fokus pemikirannya tidak ke sekolah.
Tipe ini juga ditandai dengan pekerjaan ‘tanda tangan saja, karena secara riil tidak menguasai tugasnya, baik edukatif, managerial hingga administratif.
“Pada dasarnya tipe kepsek ini lebih nyaman berada di luar sekolah, dan merasa kurang hidup saat berada di sekolah. Ini aneh sekali bagi kami,” aku seorang guru SD di Kabupaten Ciamis.
Kepsek simbol ini, cenderung pasrah dan biasa mewakilkan tugas sepenuhnya pada orang lain. Dan yang paling sering dilakukannya adalah menghindari supervisi, evaluasi dan kurang suka ikut pelatihan (managamen, administrasi dan pembelajaran).
Ciri lain, ia kurang suka melakukan rapat dan evaluasi dengan guru, pegawai maupun stake holder sekolah yang lain, karena tidak tahu apa yang harus dibahas. Bahkan akhirnya ia jarang berinteraksi dengan siswa secara langsung, karena visi edukatifnya lemah.
Ia juga sering menunda-nunda pekerjaan, mencari-cari alasan, menyalahkan situasi, aturan atau orang lain karena pada dasarnya tidak mampu melaksanakan tugas, juga tidak berani mengatasi keadaan.
Sudah pasti, ini bukan tipe kepala sekolah yang ideal, sebab pada dasarnya pemimpin semacam ini adalah orang yang tidak siap memimpin.
Secara mental, mereka tidak memiliki kemampuan dan keberanian seorang pemimpin. Selain tidak efektif, pemimpin simbol menjadikan suasana sekolah cenderung tidak kondusif.
Itulah secara singkat empat tipe kepala sekolah. Kepsek di sekolah Anda termasuk tipe yang mana? Silahkan cocokan saja.
(ganesha/ausaid/nt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar