Mendikbud, Mohammad Nuh mengklaim kurikulum baru 2013 yang disiapkan punya arah yang jelas. Dia juga membantah tudingan bahwa guru tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahkan dalam waktu dekat semua pihak bisa menguji kurikulum tersebut.
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Menteri Pendidikan Mohammad Nuh kembali memberikan penegasan terkait arah kurikulum baru yang akan diterapkan tahun ajaran 2013/2014 mendatang. Penegasan ini menjawab kekhawatiran sejumlah pihak yang belakangan menyangsikan kurikulum baru yang disiapkan pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tidak punya arah yang jelas.
Usai memberikan penghargaan kepada 24 guru se Indonesia yang menjadi pemenang lomba kreatifitas guru tingkat nasional di Kemdikbud, Selasa lalu, Nuh menegaskan bahwa kurikulum baru yang dirancang pemerintah tidak muncul tiba-tiba. Tapi sudah disiapkan sejak tahun 2010 lalu.
“Apakah kurikulum yang kita kembangkan sekarang ujug-ujug muncul begitu saja? Saya kira tidak. Jadi kita sudah fikirkan penataan kurikulum ini sejak 2010, kita lakukan kajian. Alhamdulillah sekarang baru rampung, karena bentuknya sudah kelihatan,” kata Mohammad Nuh.
Menurut Menteri asal Jawa Timur itu, selama tiga tahun terakhir, penelitian yang dilakukan juga melibatkan guru. Namun bukan berarti harus mengikut sertakan semua guru yang jumlahnya 2,9 juta orang. Tapi guru yang diikut sertakan dalam penyusunan kurikulum baru hanya diambil beberapa guru sebagai sampel yang mewakili suara guru. Mereka juga ikut melihat kurikulum yang saat ini dijalankan, apa kelamahan dan kelebihannya, bagian mana yang harus disempurnakan.
“Arahnya pun sangat jelas. Kita ingin meningkatkan dan menyembimbangkan kompetensi dalam arti attitude, skill dan knowleadge, harus naik dan seimbang. Didasarnya tiga pilar, kreatifitas, inovasi dan produktif. Jiwanya adalah nilai-nilai ke-Indonesiaan,” tegas Mohammad Nuh.
Kemdikbud juga juga telah menetapkan bahwa Kamis (29/11) besok hingga tiga pekan berikutnya, uji public terhadap kurikulum baru yang telah dirancang pemerintah akan dimulai. Uji public itu akan dilakukan dalam dua bentuk, pertama dilakukan secara aktif dalam bentuk pertemuan langsung dengan audien yang terdari dari semua unsure masyarakat. Mulai dari para guru, orangtua, dewan pendidikan, pengamat, dinas kabupaten/kota dan unsur lain.
Tahap awal, uji publik akan dilakukan di 5 kota besar dan disusul di 33 Kabupaten yang ada di 33 Provinsi se Indonesia. Sedangkan melalui media online, Kemdikbud telah menyiapkan sebuah web khusus untuk uji public kurikulum baru tersebut. Web itu di desain interaktif, sehingga siapapun bisa mendownload draft kurikulum baru serta memberikan masukan untuk penyempurnaan.
“Kan waktunya tiga minggu, cukup lah untuk memberikan pandangan, dan ini akan bergulir. Bisa jadi nanti kelompok masyarakat tertentu, perguruan tinggi tertentu, guru-guru beri masukan. Salah satu contoh masukan untuk IPA dan IPS, apakah nanti masih dalam bentuk mapel di kelas 4,5,6, atau dilebur. Nah, di situ orang bisa beri komentar dan pandangan,” ujar Nuh.
Nuh menambahkan bahwa partisipasi dalam uji public ini dibuka untuk dua hal, pertama, menumbuhkan ownership dari partisipator, sehingga ada rasa memiliki. Kedua, untuk menyempurnakan, karena sebaik apapun kurikulum yang disiapkan, Nuh yakin masih ada yang tercecer. Itulah yang akan disempurnakan.
Belum Ciptakan Proses Belajar yang Asik
Sementara itu anggota Komisi X DPR RI, Raihan Iskandar, menyatakan rancangan kurikulum baru pendidikan nasional 2013 yang akan segera diuji publik masih harus dikritisi bersama. Karena perubahan yang terjadi lebih pada materi ajar, bukan metode pegajarannya.
“Salah satunya adalah aspek pedagogik. Perubahan kurikulum utamanya hanya pada aspek materi ajar. Sedangkan aspek pedagogik atau metode pengajaran tidak berubah signifikan. Padahal aspek pedagogik yang menyangkut guru ini sangat penting, karena guru adalah pilar penentu keberhasilan kurikulum,” kata Raihan di Jakarta, Selasa (27/11).
Dia menjelaskan bahwa selama ini gurulah yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Sementara sekarang dengan kurikulum baru, siswa yang dituntut untuk aktif. Tapi, bentuk kurikulum baru menurutnya masih sama dengan sebelumnya.
“Tapi bentuknya sepertinya masih dengan sebelumnya, yaitu tatap muka di kelas. Padahal metode tersebut kurang efektif dalam menanamkan karakter kepada peserta didik.” tegas Raihan.
Politisi PKS ini juga menyatakan, Mendikbud M Nuh mestinya menyadari jumlah jam belajar di Finlandia lebih singkat dari pada di Indonesia. Tapi di Finlandia, peserta didik dibagi ke dalam kelompok mentoring/tutorial. Dan guru di sana minimal lulusan S2. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor keberhasilan pendidikan di sana.
Metode mentoring diakui sangat efektif dari pada metode tatap muka di kelas. Metode mentoring, dengan pembagian siswa ke dalam kelompok belajar dengan anggota kelompok sekitar 10-12 siswa dan seorang guru sebagai fasilitatornya, menjadikan hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih dekat dan lebih kekeluargaan.
Selain itu siswa akan menjadi lebih nyaman dan asik dalam belajar. Sehingga tingkat penyerapan ilmu, nilai dan karakter siswa bisa lebih maksimal jika dibandingkan dengan metode tatap muka di kelas. “Dengan metode mentoring seperti itulah, kita tahu bahwa pendidikan Finlandia terbaik di dunia. Nah, apakah pemerintah sudah mempersiapkan pembinaan kompetensi guru untuk mengelola kelompok mentoring misalnya?” ujar Raihan mempertanyakan
Ditambahkannya bahwa pemerintah terkesan abai terhadap aspek kompetensi guru khususnya dalam hal pedagogik pada pembuatan kurikulum 2013 ini. Padahal Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 3 telah mengamanatkan bahwa kompetensi yang harus dimilki oleh seorang pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
(ganesha-agus ponda/jps/nt/)