Wali kelas memang bukan jabatan yang strategis, namun kinerja wali kelas akan berdampak besar bagi anak didik maupun sekolah. Untuk itu dalam menentukan guru sebagai wali kelas tentu seorang kepala sekolah maupun wakasek kurikulum tidak akan main comot saja. Guru calon wali kelas akan dilihat baik kemampuan administratif maupun faktor-faktor lain. Sayangnya tanggung jawab wali kelas yang begitu besar tidak mendapatkan perhatian artinya honorarium selaku wali kelas umumnya masih kecil.
................................................
Dari awal mengajar tahun 2000 sampai sekarang jabatan wali kelas di sebuah SMP negeri selalu melekat sebagai tugas tambahan yang diberikan sekolah pada, sebut saja, Ibu Sinta. Selama 11 tahun Ibu Sinta telah banyak menjalani suka duka menjadi wali kelas. Dari yang terenak (misalnya diberi ikan karena mayoritas orang tua siswa adalah sebagai nelayan) hingga yang tidak enak (dicari orang tua siswa karena anaknya bandel, minta tolong dan nitip anaknya).
................................................
Dari awal mengajar tahun 2000 sampai sekarang jabatan wali kelas di sebuah SMP negeri selalu melekat sebagai tugas tambahan yang diberikan sekolah pada, sebut saja, Ibu Sinta. Selama 11 tahun Ibu Sinta telah banyak menjalani suka duka menjadi wali kelas. Dari yang terenak (misalnya diberi ikan karena mayoritas orang tua siswa adalah sebagai nelayan) hingga yang tidak enak (dicari orang tua siswa karena anaknya bandel, minta tolong dan nitip anaknya).
Menurut Ibu Sinta selama itu ia banyak merenung, menelisik diri, belajar dan terus belajar bagaimana menjadi wali kelas yang baik. “Sebelas tahun memberi banyak pengalaman bagaimana menjadi wali kelas yang baik,” ujar Ibu Sinta. Apa saja syarat menjadi wali kelas yang baik menurut Ibu Sinta?
1. Perasaan Sayang
Rasa sayang menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi wali kelas. Jika rasa sayang guru sebagai wali di sekolah tembus pada anak didik kita, maka akan timbul simpati dan empati. Hal ini akan sangat berdampak pada kejiwaan anak-anak. Dengan perasaan sayang mampu mengatasi permasalahan yang terbilang rumit bahkan kesulitan dan problematika anak yang tidak disampaikan ke orang tuanya karena berbagai alasan akan mampu dicurhatkan ke guru wali kelasnya. Problematika yang disembunyikan anak akan dapat teratasi karena kerja sama dengan walikelas melalui bimbingan dan arahan.
2. Bertanggung Jawab
Beraneka ragam tanggung jawab yang harus dipikul seorang guru wali kelas mulai dari manajemen administrasi kelas sampai dengan administrasi sekolah yaitu berupa limpahan tanggung jawab untuk menarik dan mengumpulkan iuran anak-anak misalnya uang untuk kegiatan kesiswaan. Guru wali kelas mendapat mandat dari sekolah untuk mengelola kelas serta dari orang tua untuk ikut memimbing dan mengawasi selama mengikuti kegiatan KBM di sekolah. Jelas tidaklah ringan yang harus dilakukan seorang wali kelas. Untuk itu tanpa memiliki rasa tanggung jawab akan menjadi mustahil terciptanya harapan sesuai dengan keinginan sekolah serta orang tua.
3. Terbuka
Untuk menciptakan suasana keterbukaan, maka seorang wali kelas harus mampu membawa permasalahan yang dihadapi kelas diselesaikan secara terbuka dengan mengkaji permasalahan yang dihadapi. Menyelesaikan masalah tanpa membedakan anak satu dengan yang lainnya serta tanpa menutup-nutupi, artinya yang benar dikatakan benar yang salah dikatakan salah. Apabila berlaku tidak adil, maka akan terdapat kelompok-kelompok siswa yang biasanya akan sulit mengambil keputusan bersama karena masing-masing kelompok akan mencari kebenaran sendiri- sendiri.
4. Disiplin dan Tepat Waktu
Menerapkan disiplin dan tepat waktu membutuhkan suatu sikap serta kesabaran. Bagaimana tidak? Di dalam kelas terdapat individu-individu yang terdiri dari karakter yang berbeda-beda oleh karena itu masing-masing siswa juga berbeda. Ada siswa yang sudah terbentuk kedisiplinannya di lingkungan keluarganya, namun tidak jarang yang terbiasa hidup bebas.
Rendahnya sikap disiplin pada siswa akan tercermin pada saat-saat guru wali kelas meminta biodata untuk diisikan dalam data siswa. Pada saat mengumpulkan buku rapot, pada saat kelas mengadakan iuran-iuran dan banyak hal yang dapat digunakan sebagai patokan pada anak yang disiplin atau tidak. Dengan sikap wali kelas yang selalu tidak memberikan ruang waktu /tenggang diharapkan mampu merubah sikap anak yang kurang disiplin atau tidak disiplin menjadi disiplin.
5. Konsisten dalam Mengambil Keputusan
Permasalahan di kelas sering muncul tanpa disengaja misalnya jadwal piket yang tidak diterapkan seperti yang sudah ditentukan bersama. Bahkan sering juga dijumpai adanya konflik dengan guru pengajar di kelas (biasanya disebabkan oleh suasana KBM yang kurang mendukung) sehingga guru tidak mau mengajar di kelas. Hal-hal seperti itulah yang harus dibicarakan bersama dengan anak-anak di kelas sehingga permasalahan tidak meluas. Apabila tidak ditemukan jalan pemecahannya, maka guru wali kelas harus mengambil keputusan secara adil, namun secara konsisten memegang teguh pada keputusan yang telah diambil.
6. Bijaksana
Agar kita dapat bersikap bijaksana, maka dalam melihat setiap permasalahan dengan melihat dari banyak sisi, di mana terkadang dari sisi yang satu baik artinya tidak ada kendala, namun di sisi yang lain akan membawa dampak yang luas untuk masa yang akan datang. Misalnya kasus perkelahian antar teman sekelas, jika dilihat dari sisi manapun perkelahian tetap salah, namun selaku wali kelas harus mampu melihat sisi-sisi lain dari timbulnya perkelahian ini agar tidak terulang lagi.
7. Mau Mendengarkan
Dengan mendengarkan anak didik, maka akan menjadi jalan dalam menemukan titik terang dari adanya konflik-konflik kecil di kelas. Di samping itu adanya keinginan-keinginan anak yang perlu dibimbing dan diarahkan serta memudahkan dalam mencari solusi atas problematika yang dihadapi anak didik. Karena dengan menjadi pendengar yang baik, maka si anak akan terbuka dalam mengutarakan pendapatnya serta mau mendengarkan juga atas nasehat-nasehat yang kita berikan. Dengan mendengarkan keluh kesahnya, suka citanya, maka akan terjalin komunikasi dua arah yang saling menguntungkan sehingga rasa sayang layaknya orang tua kepada anaknya akan tumbuh dan berkemang, hingga mampu menjadi bahan evaluasi maupun perbaikan diri pribadi ke arah yang positif.
8. Mampu Memberi Wawasan dan Wacana
Minimnya pengetahuan, rendahnya kualitas sosial dan ekonomi mengakibatkan sempitnya wawasan dan wacana kehidupan ke arah depannya, sehingga akan cenderung memikirkan sesaat bukan sebaliknya yaitu dampak untuk masa-masa yang akan datang. Dengan minimnya wawasan dan wacana, maka akan timbul pola hidup yang simpel bahkan akan cenderung mudah pasrah dengan keadaan, tanpa suatu usaha dan kerja yang sungguh-sungguh. Misalnya rendahnya wawasan akan pentingnya pendidikan, akan mengakibatkan anak malas untuk sekolah dan rendahnya motivasi belajar anak.
9. Mampu Mengontrol, Mengevaluasi, dan Memperbaiki
Kontrol kepada anak didik tidak harus dengan mengintai tingkah lakunya sehari-hari, namun bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi dengan anak. Atau melihat perkembangan anak maupun menjalin komunikasi dengan orang tua.
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengajak secara bersama-sama apa-apa saja yang telah dilakukan, dan apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara melakukan agar semua kepentingan yang berbeda-beda tercover semua. akhirnya semua dengan sadar akan melakukan penilaian guna perbaikan, baik itu bersifat personal maupun bersifat untuk kepentingan bersama.
(ganesha/blogkepakus/nt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar