Saking enaknya, tak terasa liburan sekolah hampir usai. Sebentar lagi tahun ajaran baru 2011/2012 segera dimulai. Bagi para orangtua, pasti merasa istimewa mempersiapkan buah hatinya masuk sekolah, apalagi buat si Kecil yang pertama kali mulai kenal sekolah formal (Sekolah Dasar).
.............................................
Beragam sekali respon seorang anak menghadapi hari pertama bahkan hingga hari keenam di sekolahnya. Menjelang hari pertama masuk sekolah, biasanya sikap anak berubah. Ada yang menyambutnya dengan riang gembira, bahkan beberapa hari menjelang masuk sekolah sudah tidak sabar menanti datangnya hari H, tapi ada juga yang malah jadi rewel, bahkan mogok tidak mau berangkat sekolah di hari pertamanya.
Apa saja yang biasanya terjadi pada murid baru sekolah dasar di awal tahun ajaran baru?
Pre-Visit
Hal yang wajar buat si Kecil jika ia bereaksi terhadap lingkungan dan suasana baru. Bila anak bersikap rewel, atau menangis keras saat hari pertama sekolah, bisa jadi disebabkan ia merasa takut berada di suatu lingkungan yang baru. Lingkungan itu termasuk guru dan teman yang baru pertama kali dilihatnya.
Apalagi lingkungan sekolah, merupakan sebuah dunia luar pertama baginya, yang sebelumnya hanya mengenal lingkungan di sekitar rumahnya saja. Atau di Taman Kanak-kakak yang lingkupnya lebih kecil. Ketakutan ini juga bisa akibat ia merasa tegang, karena harus bertemu dengan teman-teman dan pelajaran baru.
Untuk menetralisir kondisi ini adalah dengan mengenalkan sekolah barunya terlebih dahulu sebelum masuk di hari pertama. Orangtua bisa ajak si Kecil untuk jalan-jalan ke area sekolah barunya. Mengenal lebih dekat lingkungan di sekitarnya sambil memberikan penjelasan kepada si Kecil tentang calon tempat dia belajar nanti. Atau saat pendaftaran, anak diajak melihat-lihat sekolah atau berkenalan dengan beberapa guru.Atau berkenalan dengan calon temannya.
Memperkenalkan pelajaran yang akan dihadapinya nantinya, juga merupakan salah satu persiapan yang harus diperkenalkan sejak awal. Sehingga saat masuk nanti, ia tidak akan kaget dengan pelajaran yang tentunya berbeda dengan saat ia di kelompok bermain atau TK.
Hindari Menemaninya Belajar
Kadang-kadang justru orang tua yang sering tidak tega atau merasa kasihan meninggalkan si Kecil sendirian di kelas. Orangtua pun kerap bersikap permisif untuk tetap tinggal dan menemaninya belajar. Itu terjadi di hari pertamanya bersekolah.
Hal ini seebaiknya dihindari oleh orangtua. Adalah hal yang wajar bila saat hari pertama di sekolah, si Kecil merasa kehilangan orangtuanya saat akan ditinggalkan. Namun dengan menemaninya, akan berarti mengganggu proses adaptasinya dengan lingkungan baru. Hal ini juga menghambat proses sosialisasi dengan lingkungan dan teman-teman barunya.
Apalagi bila orangtua menemaninya belajar di kelas. Ini tentunya akan menghalangi proses kemandiriannya dalam beradaptasi dan menghadapi situasi yang terasa baru baginya. Bisa jadi di keesokan harinya, anak akan rewel dan tidak mau ditinggal. Selain itu, peran dan kerja keras para guru juga diperlukan agar ia mampu mendapatkan perhatian dan kepercayaan anak muridnya.
Yang paling penting dilakukan oleh orangtua adalah memberikan perasaan aman dan mengurangi gelisahannya saat akan masuk sekolah. Caranya, perkenalkan anak dengan lingkungan, guru dan mencarikan teman baru. Ini akan membantunya menghadapi hari pertama yang menegangkan ini.
Peran serta pihak sekolah juga sangat dibutuhkan, untuk membantu para balita yang menghadapi hari pertama sekolahnya. Akan lebih baik bila pihak sekolah juga mau memberikan kesempatan bagi murid baru untuk memberikan satu hari khusus perkenalan bagi anak yang baru masuk sekolah. Jadi hari pertama masuk sekolah tidak diisi dengan materi yang berat, cukup perkenalan dengan lingkungan sekolah, guru dan teman baru tentunya. Image awal yang terbentuk cukup berperan penting untuk menambah percaya diri si Kecil di hari berikutnya.
Kurangi Kecemasan Si Kecil
Untuk meminimalisasi kecemasan anak, Charles E. Schaefer, Ph.D., Direktur Pusat Pelayanan Psikologi Farleigh Dickinson University dan Theresa Foy DiGeronimo M.Ed., ass., guru besar bahasa Inggris William College, New Jersey, memberikan saran-saran penting untuk orangtua:
1. Perencanaan
Anak-anak perlu mengetahui dengan tepat apa yang akan terjadi di sekolah nanti. Karena itu, ceritalah hal-hal yang akan ditemuinya di sekolah. Bila mungkin ajak dia mengunjungi calon sekolahnya. Sehingga ia mendapat cukup informasi mengenai guru-gurunya, ruangan kelas, dan murid-murid lain calon teman-temannya.
2. Ceritakan Apa yang Akan
Dilakukan Anak di Sekolah
Berikan penjelasan yang spesifik pada anak, “Kamu akan belajar dan banyak main di sekolah”, terlalu kabur dan kurang bisa meyakinkan anak. Perjelaslah keterangan Anda. Kalimat seperti, “Semua anak akan masuk kelas, meletakkan tasnya di tempatnya masing-masing, lalu guru akan menjelaskan pelajaran seperti membaca, berhitung dan bernyanyi,” membuat ia mempunyai gambaran yang lebih jelas.
3. Lama Sekolah
Umumnya, waktu adalah aspek yang menakutkan bagi anak-anak. Terutama karena mereka belum bisa memahami berapa lama sebenarnya ‘beberapa jam’ itu. Perkataan ‘Ibu akan menjemputmu 3 jam lagi’, sama artinya dengan ‘Kamu tidak akan bertemu ibu lagi’.
Mempersingkat waktu dengan mengatakan ‘Kamu akan berada di sini sebentar saja’ pun bukan langkah yang bijak. Lebih baik katakan yang sebenarnya, ‘Kamu akan senang bersama teman-temanmu sampai tak terasa Ibu datang untuk menjemputmu lagi’.
4. Mencemaskan Perpisahan dengan Orangtua
Anak-anak sering mengalami kecemasan ketika harus berpisah dengan orangtua yang mengantarnya. Sebagian anak membayangkan dirinya dalam bahaya karena ayah-ibunya tak ada. Sebagian lain mencemaskan keselamatan orangtuanya. Untuk itu orangtua perlu menjelaskan mengenai keberadaan Anda. Beri informasi mendetail seperti, “Ayah akan pergi ke kantor setelah mengantarkanmu ke sekolah.”
5. Mengurangi Ketakutan Anak
Anak-anak yang ketakutan mungkin akan mengekspresikan ketakutannya lewat berbagai kemunduran perilaku, seperti mengisap jempol, ngompol, merengek-rengek, atau mungkin juga mereka malah menarik diri, cemberut, suka marah tanpa sebab, dsb.
Jangan balas perilaku tersebut dengan emosi, anggap saja ini sebagai tanda bahwa ia membutuhkan kata-kata yang menenteramkan. “Ibu tahu kalau kamu tidak akan mengemut jempolmu lagi, sebab kamu kan sudah besar.” Jangan katakan, “Kamu tidak boleh ngompol lagi. Gurumu dan teman-temanmu pasti tidak suka dengan kebiasanmu ini’.
Persiapan menjelang masuk pertama kali ke sekolah dasar bukan cuma untuk si Kecil saja, orangtua dan guru juga berperan penting untuk memberikan dukungan moral pada si Kecil. Ciptakan image masuk sekolah menjadi hal yang sangat dinanti-nanti dengan tidak sabar oleh si Kecil. Selamat tahun ajaran baru! (gns/adc/nt)
.............................................
Beragam sekali respon seorang anak menghadapi hari pertama bahkan hingga hari keenam di sekolahnya. Menjelang hari pertama masuk sekolah, biasanya sikap anak berubah. Ada yang menyambutnya dengan riang gembira, bahkan beberapa hari menjelang masuk sekolah sudah tidak sabar menanti datangnya hari H, tapi ada juga yang malah jadi rewel, bahkan mogok tidak mau berangkat sekolah di hari pertamanya.
Apa saja yang biasanya terjadi pada murid baru sekolah dasar di awal tahun ajaran baru?
Pre-Visit
Hal yang wajar buat si Kecil jika ia bereaksi terhadap lingkungan dan suasana baru. Bila anak bersikap rewel, atau menangis keras saat hari pertama sekolah, bisa jadi disebabkan ia merasa takut berada di suatu lingkungan yang baru. Lingkungan itu termasuk guru dan teman yang baru pertama kali dilihatnya.
Apalagi lingkungan sekolah, merupakan sebuah dunia luar pertama baginya, yang sebelumnya hanya mengenal lingkungan di sekitar rumahnya saja. Atau di Taman Kanak-kakak yang lingkupnya lebih kecil. Ketakutan ini juga bisa akibat ia merasa tegang, karena harus bertemu dengan teman-teman dan pelajaran baru.
Untuk menetralisir kondisi ini adalah dengan mengenalkan sekolah barunya terlebih dahulu sebelum masuk di hari pertama. Orangtua bisa ajak si Kecil untuk jalan-jalan ke area sekolah barunya. Mengenal lebih dekat lingkungan di sekitarnya sambil memberikan penjelasan kepada si Kecil tentang calon tempat dia belajar nanti. Atau saat pendaftaran, anak diajak melihat-lihat sekolah atau berkenalan dengan beberapa guru.Atau berkenalan dengan calon temannya.
Memperkenalkan pelajaran yang akan dihadapinya nantinya, juga merupakan salah satu persiapan yang harus diperkenalkan sejak awal. Sehingga saat masuk nanti, ia tidak akan kaget dengan pelajaran yang tentunya berbeda dengan saat ia di kelompok bermain atau TK.
Hindari Menemaninya Belajar
Kadang-kadang justru orang tua yang sering tidak tega atau merasa kasihan meninggalkan si Kecil sendirian di kelas. Orangtua pun kerap bersikap permisif untuk tetap tinggal dan menemaninya belajar. Itu terjadi di hari pertamanya bersekolah.
Hal ini seebaiknya dihindari oleh orangtua. Adalah hal yang wajar bila saat hari pertama di sekolah, si Kecil merasa kehilangan orangtuanya saat akan ditinggalkan. Namun dengan menemaninya, akan berarti mengganggu proses adaptasinya dengan lingkungan baru. Hal ini juga menghambat proses sosialisasi dengan lingkungan dan teman-teman barunya.
Apalagi bila orangtua menemaninya belajar di kelas. Ini tentunya akan menghalangi proses kemandiriannya dalam beradaptasi dan menghadapi situasi yang terasa baru baginya. Bisa jadi di keesokan harinya, anak akan rewel dan tidak mau ditinggal. Selain itu, peran dan kerja keras para guru juga diperlukan agar ia mampu mendapatkan perhatian dan kepercayaan anak muridnya.
Yang paling penting dilakukan oleh orangtua adalah memberikan perasaan aman dan mengurangi gelisahannya saat akan masuk sekolah. Caranya, perkenalkan anak dengan lingkungan, guru dan mencarikan teman baru. Ini akan membantunya menghadapi hari pertama yang menegangkan ini.
Peran serta pihak sekolah juga sangat dibutuhkan, untuk membantu para balita yang menghadapi hari pertama sekolahnya. Akan lebih baik bila pihak sekolah juga mau memberikan kesempatan bagi murid baru untuk memberikan satu hari khusus perkenalan bagi anak yang baru masuk sekolah. Jadi hari pertama masuk sekolah tidak diisi dengan materi yang berat, cukup perkenalan dengan lingkungan sekolah, guru dan teman baru tentunya. Image awal yang terbentuk cukup berperan penting untuk menambah percaya diri si Kecil di hari berikutnya.
Kurangi Kecemasan Si Kecil
Untuk meminimalisasi kecemasan anak, Charles E. Schaefer, Ph.D., Direktur Pusat Pelayanan Psikologi Farleigh Dickinson University dan Theresa Foy DiGeronimo M.Ed., ass., guru besar bahasa Inggris William College, New Jersey, memberikan saran-saran penting untuk orangtua:
1. Perencanaan
Anak-anak perlu mengetahui dengan tepat apa yang akan terjadi di sekolah nanti. Karena itu, ceritalah hal-hal yang akan ditemuinya di sekolah. Bila mungkin ajak dia mengunjungi calon sekolahnya. Sehingga ia mendapat cukup informasi mengenai guru-gurunya, ruangan kelas, dan murid-murid lain calon teman-temannya.
2. Ceritakan Apa yang Akan
Dilakukan Anak di Sekolah
Berikan penjelasan yang spesifik pada anak, “Kamu akan belajar dan banyak main di sekolah”, terlalu kabur dan kurang bisa meyakinkan anak. Perjelaslah keterangan Anda. Kalimat seperti, “Semua anak akan masuk kelas, meletakkan tasnya di tempatnya masing-masing, lalu guru akan menjelaskan pelajaran seperti membaca, berhitung dan bernyanyi,” membuat ia mempunyai gambaran yang lebih jelas.
3. Lama Sekolah
Umumnya, waktu adalah aspek yang menakutkan bagi anak-anak. Terutama karena mereka belum bisa memahami berapa lama sebenarnya ‘beberapa jam’ itu. Perkataan ‘Ibu akan menjemputmu 3 jam lagi’, sama artinya dengan ‘Kamu tidak akan bertemu ibu lagi’.
Mempersingkat waktu dengan mengatakan ‘Kamu akan berada di sini sebentar saja’ pun bukan langkah yang bijak. Lebih baik katakan yang sebenarnya, ‘Kamu akan senang bersama teman-temanmu sampai tak terasa Ibu datang untuk menjemputmu lagi’.
4. Mencemaskan Perpisahan dengan Orangtua
Anak-anak sering mengalami kecemasan ketika harus berpisah dengan orangtua yang mengantarnya. Sebagian anak membayangkan dirinya dalam bahaya karena ayah-ibunya tak ada. Sebagian lain mencemaskan keselamatan orangtuanya. Untuk itu orangtua perlu menjelaskan mengenai keberadaan Anda. Beri informasi mendetail seperti, “Ayah akan pergi ke kantor setelah mengantarkanmu ke sekolah.”
5. Mengurangi Ketakutan Anak
Anak-anak yang ketakutan mungkin akan mengekspresikan ketakutannya lewat berbagai kemunduran perilaku, seperti mengisap jempol, ngompol, merengek-rengek, atau mungkin juga mereka malah menarik diri, cemberut, suka marah tanpa sebab, dsb.
Jangan balas perilaku tersebut dengan emosi, anggap saja ini sebagai tanda bahwa ia membutuhkan kata-kata yang menenteramkan. “Ibu tahu kalau kamu tidak akan mengemut jempolmu lagi, sebab kamu kan sudah besar.” Jangan katakan, “Kamu tidak boleh ngompol lagi. Gurumu dan teman-temanmu pasti tidak suka dengan kebiasanmu ini’.
Persiapan menjelang masuk pertama kali ke sekolah dasar bukan cuma untuk si Kecil saja, orangtua dan guru juga berperan penting untuk memberikan dukungan moral pada si Kecil. Ciptakan image masuk sekolah menjadi hal yang sangat dinanti-nanti dengan tidak sabar oleh si Kecil. Selamat tahun ajaran baru! (gns/adc/nt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar