..................................................
Nilai plus lulusan SMK bukan isapan jempol belaka. Propaganda pemerintah agar alumni SLTP melanjutkan sekolah ke SMK bukan tanpa alasan. Terbukti lulusan SMK siap pakai dan lebih siap mencari penghidupan.
General Manager PT Bara Alam Utama, Retno Nartani, mengatakan bahwa banyak pengusaha tambang yang lebih suka merekrut lulusan SMK. Selain siap pakai, lulusan SMK pun bayarannya tidak terlalu mahal. Daripada sarjana yang hanya siap latih, sementara bayarannya tinggi.
"Sarjana lebih banyak belajar mengenai teori dan tidak terlatih praktik di lapangan. Berbeda dengan lulusan SMK, saat belajar mereka banyak praktik daripada teori," tandasnya, seperti dikutif salah satu media cetak di Bandung.
Selain itu, lanjut Retno, ada anggapan lulusan perguruan tinggi atau sarjana itu manja. Saat keluar dari perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan, mereka langsung ingin mendapatkan posisi yang tinggi.
"Padahal kenyataan di lapangan, mereka harus menjadi pekerja lapangan dulu untuk penerapan perencanaan dan belajar berinteraksi dengan berbagai kalangan," ujarnya.
Karena keunggulannya itu, tak heran bila pemerintah memprioritaskan SMK. Setiap tahun lulusan SMK dikembangkan dan diperbanyak jumlahnya dibandingkan dengan SMA. Pemerintah menargetkan tahun 2015, perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) dan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia mencapai 70 persen banding 30 persen. Kebijakan tersebut dilatarbelakangi kenyataan komposisi tenaga kerja Indonesia mayoritas unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Dengan program bersekolah ke SMK prestasi pelajar-pelajar SMK akan semakin baik dalam kompetensi akademik maupun kompetensi keterampilan kerja.
Bekerja ke Luar Negeri
Khusus untuk Kabupaten Ciamis, jumlah lulusan SMK cenderung terus bertambah. Berbagai SMK dalam beberapa tahun terakhir di tiap kecamatan terus bertambah. Namun sayangnya banyak lulusan SMK yang berkualitas terhambat oleh sikap orang tua. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang kepala SMK di Ciamis. Menurutnya, para siswa lulusannya sebenarnya banyak ditawari kerja dan sekolah di luar negeri namun orang tuanya tidak mengizinkan dengan alasan takut jauh dari orang tua dan berbagai alasan lain.
“Jadinya, kesempatan para lulusan mendapatkan pendidikan dan pengalaman yang lebih baik di luar negeri tidak tercapai. Ini juga rupanya menjadi salah satu kendala dalam peningkatan SDM kita untuk bisa go-internasional.” ujar sang kepsek yang tak mau disebutkan namanya tersebut.
Sebenarnya para orangtua tak perlu cemas bila anaknya ingin mengadu nasib di luar negeri. Pertama, pihak SMK biasanya memiliki program pelatihan magang ke luar negeri. Hal itu bisa dipergunakan untuk melatih keberanian bekerja di luar negeri, seperti ke Korea Selatan, Jepang atau ke Timur Tengah. Kedua, asal pintar memilih peluang karir di luar negeri, dengan prosedur resmi, maka tak perlu risau bila buah hatinya jauh dari tanah air.
Terlebih bahwa pemerintah Indonesia telah menyepakati pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) formal/ terlatih ke berbagai negara. Contohnya Singapura. Menakertrans, Muhaimin Iskandar, dalam kunjungannya ke Singapura bersama rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu, sepakat untuk membuka kesempatan kerja yang cukup luas bagi TKI formal di Singapura. Peluang ini, harus dapat dimanfaatkan oleh para lulusan SMK untuk berani bekerja di luar negeri
''Kementerian Tenaga Kerja Singapura memprediksi kebutuhan pasar kerja sektor formal akan meningkat. Kita harus memanfaatkan peluang besar ini,'' kata Menakertrans
Menakertrans menjelaskan, Atase Tenaga Kerja Indonesia di Singapura telah memberikan laporan perihal banyaknya lowongan tenaga kerja formal di sana. Sektor yang bisa diisi oleh TKI antara lain adalah, bidang elektronik, manufaktur, disain produksi manufaktur, teknikal, dan aeronautikal engineering, biomedical, ahli teknologi lingkungan, energi dan air.
Dalam pertemuan ini diperoleh keterangan bahwa UEA pun memiliki banyak lowongan kerja bagi TKI profesional. Antara lain di sektor minyak dan gas, properti, telekomunikasi, perkapalan, perhotelan, restoran, serta café para tenaga medis seperti perawat dan pekerja semi-skilled lainnya.
Jumhur merinci tiap satu perusahaan di Malaysia menyatakan kebutuhan rata-rata 500 orang TKI. Dari 57 perusahaan di Malaysia yang telah mendaftarkan diri, sanggup menampung lebih 200 ribu TKI. Indonesia memanfaatkan peluang tersebut secara maksimal dengan mengirim tenaga terampil.
Filosofi Mencari Ilmu ke Negeri Cina
Para orangtua harus paham bahwa mencari pekerjaan di luar negeri ibaratnya sama dengan filosofi “mencari ilmu ke negeri Cina”. Di mana pun atau ke mana-pun, bekerja tak perlu terhalang tempat.
Lulusan yang sering mendapatkan sikap seperti ini umumnya perempuan. Padahal lulusan perempuan umumnya banyak berprestasi dibandingkan laki-laki, tetapi karena kendala orang tua dan keluarga, maka kesempatan mereka untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih baik menjadi terhambat. Masih adanya anggapan bahwa wanita tidak usah sekolah tinggi-tinggi meskipun pintar karena toh akan ke dapur juga, masih sering kita dengar saat ini.
Padahal, tak memandang laki-laki atau perempuan kesempatan bekerja di luar negri sangat terbuka. Menurut pakar TI, Onno W Purbo, soal kompetisi sumber daya manusia (SDM), di luar negeri, hasil karya sangat diandalkan.
”Orang luar negeri kalau mencari tenaga TI tidak membutuhkan surat lamaran, hanya melihat hasil karya. Mereka (perusahaan luar negeri) akan mengetahui kemampuan kita,” tandasnya.
Pria yang telah membuat 40-an buku TI tersebut menjelaskan, kurikulum di SMK malah lebih bagus dari pada kurikulum perguruan tinggi.
”Usia yang paling bagus untuk menjadi programer antara 17-25 tahun. Lebih dari itu agak sulit. Tapi, saat ini kurikulum yang ada di perguruan tinggi sudah telat, malah kalah dengan SMK,” kata Onno.
Lulusan SMK jurusan TI, katanya, memi-liki kemampuan dalam pemrograman, se-dangkan di tataran perguruan tinggi belum tentu memiliki. ”Akibatnya, dibanding lulu-san SMK, justru banyak lulusan PT yang tidak terserap di dunia kerja,” jelasnya.
Kini saatnya para orangtua lebih berani melepas anaknya mencari ilmu dengan bekerja di luar negeri. Anggaplah bahwa bekerja tak ubahnya mencari pengetahuan baru. Walau jauh, kata Rasul, ke negeri Cina pun harus dicari.
Zaman sekarang pada dasarnya yang dibutuhkan industri adalah skill dan etos kerja yang mumpuni bukan hanya sekedar teori. Buah hati, baik laki mapun perempuan, punya peluang sama mengembangkan keterampilannya dalam bekerja di mana pun tempatnya. Buktikan bahwa alumni SMK, bisa lebih hebat daripada sarjana!
(Ganesha)
Nilai plus lulusan SMK bukan isapan jempol belaka. Propaganda pemerintah agar alumni SLTP melanjutkan sekolah ke SMK bukan tanpa alasan. Terbukti lulusan SMK siap pakai dan lebih siap mencari penghidupan.
General Manager PT Bara Alam Utama, Retno Nartani, mengatakan bahwa banyak pengusaha tambang yang lebih suka merekrut lulusan SMK. Selain siap pakai, lulusan SMK pun bayarannya tidak terlalu mahal. Daripada sarjana yang hanya siap latih, sementara bayarannya tinggi.
"Sarjana lebih banyak belajar mengenai teori dan tidak terlatih praktik di lapangan. Berbeda dengan lulusan SMK, saat belajar mereka banyak praktik daripada teori," tandasnya, seperti dikutif salah satu media cetak di Bandung.
Selain itu, lanjut Retno, ada anggapan lulusan perguruan tinggi atau sarjana itu manja. Saat keluar dari perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan, mereka langsung ingin mendapatkan posisi yang tinggi.
"Padahal kenyataan di lapangan, mereka harus menjadi pekerja lapangan dulu untuk penerapan perencanaan dan belajar berinteraksi dengan berbagai kalangan," ujarnya.
Karena keunggulannya itu, tak heran bila pemerintah memprioritaskan SMK. Setiap tahun lulusan SMK dikembangkan dan diperbanyak jumlahnya dibandingkan dengan SMA. Pemerintah menargetkan tahun 2015, perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) dan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia mencapai 70 persen banding 30 persen. Kebijakan tersebut dilatarbelakangi kenyataan komposisi tenaga kerja Indonesia mayoritas unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Dengan program bersekolah ke SMK prestasi pelajar-pelajar SMK akan semakin baik dalam kompetensi akademik maupun kompetensi keterampilan kerja.
Bekerja ke Luar Negeri
Khusus untuk Kabupaten Ciamis, jumlah lulusan SMK cenderung terus bertambah. Berbagai SMK dalam beberapa tahun terakhir di tiap kecamatan terus bertambah. Namun sayangnya banyak lulusan SMK yang berkualitas terhambat oleh sikap orang tua. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang kepala SMK di Ciamis. Menurutnya, para siswa lulusannya sebenarnya banyak ditawari kerja dan sekolah di luar negeri namun orang tuanya tidak mengizinkan dengan alasan takut jauh dari orang tua dan berbagai alasan lain.
“Jadinya, kesempatan para lulusan mendapatkan pendidikan dan pengalaman yang lebih baik di luar negeri tidak tercapai. Ini juga rupanya menjadi salah satu kendala dalam peningkatan SDM kita untuk bisa go-internasional.” ujar sang kepsek yang tak mau disebutkan namanya tersebut.
Sebenarnya para orangtua tak perlu cemas bila anaknya ingin mengadu nasib di luar negeri. Pertama, pihak SMK biasanya memiliki program pelatihan magang ke luar negeri. Hal itu bisa dipergunakan untuk melatih keberanian bekerja di luar negeri, seperti ke Korea Selatan, Jepang atau ke Timur Tengah. Kedua, asal pintar memilih peluang karir di luar negeri, dengan prosedur resmi, maka tak perlu risau bila buah hatinya jauh dari tanah air.
Terlebih bahwa pemerintah Indonesia telah menyepakati pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) formal/ terlatih ke berbagai negara. Contohnya Singapura. Menakertrans, Muhaimin Iskandar, dalam kunjungannya ke Singapura bersama rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu, sepakat untuk membuka kesempatan kerja yang cukup luas bagi TKI formal di Singapura. Peluang ini, harus dapat dimanfaatkan oleh para lulusan SMK untuk berani bekerja di luar negeri
''Kementerian Tenaga Kerja Singapura memprediksi kebutuhan pasar kerja sektor formal akan meningkat. Kita harus memanfaatkan peluang besar ini,'' kata Menakertrans
Menakertrans menjelaskan, Atase Tenaga Kerja Indonesia di Singapura telah memberikan laporan perihal banyaknya lowongan tenaga kerja formal di sana. Sektor yang bisa diisi oleh TKI antara lain adalah, bidang elektronik, manufaktur, disain produksi manufaktur, teknikal, dan aeronautikal engineering, biomedical, ahli teknologi lingkungan, energi dan air.
Dalam pertemuan ini diperoleh keterangan bahwa UEA pun memiliki banyak lowongan kerja bagi TKI profesional. Antara lain di sektor minyak dan gas, properti, telekomunikasi, perkapalan, perhotelan, restoran, serta café para tenaga medis seperti perawat dan pekerja semi-skilled lainnya.
Jumhur merinci tiap satu perusahaan di Malaysia menyatakan kebutuhan rata-rata 500 orang TKI. Dari 57 perusahaan di Malaysia yang telah mendaftarkan diri, sanggup menampung lebih 200 ribu TKI. Indonesia memanfaatkan peluang tersebut secara maksimal dengan mengirim tenaga terampil.
Filosofi Mencari Ilmu ke Negeri Cina
Para orangtua harus paham bahwa mencari pekerjaan di luar negeri ibaratnya sama dengan filosofi “mencari ilmu ke negeri Cina”. Di mana pun atau ke mana-pun, bekerja tak perlu terhalang tempat.
Lulusan yang sering mendapatkan sikap seperti ini umumnya perempuan. Padahal lulusan perempuan umumnya banyak berprestasi dibandingkan laki-laki, tetapi karena kendala orang tua dan keluarga, maka kesempatan mereka untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih baik menjadi terhambat. Masih adanya anggapan bahwa wanita tidak usah sekolah tinggi-tinggi meskipun pintar karena toh akan ke dapur juga, masih sering kita dengar saat ini.
Padahal, tak memandang laki-laki atau perempuan kesempatan bekerja di luar negri sangat terbuka. Menurut pakar TI, Onno W Purbo, soal kompetisi sumber daya manusia (SDM), di luar negeri, hasil karya sangat diandalkan.
”Orang luar negeri kalau mencari tenaga TI tidak membutuhkan surat lamaran, hanya melihat hasil karya. Mereka (perusahaan luar negeri) akan mengetahui kemampuan kita,” tandasnya.
Pria yang telah membuat 40-an buku TI tersebut menjelaskan, kurikulum di SMK malah lebih bagus dari pada kurikulum perguruan tinggi.
”Usia yang paling bagus untuk menjadi programer antara 17-25 tahun. Lebih dari itu agak sulit. Tapi, saat ini kurikulum yang ada di perguruan tinggi sudah telat, malah kalah dengan SMK,” kata Onno.
Lulusan SMK jurusan TI, katanya, memi-liki kemampuan dalam pemrograman, se-dangkan di tataran perguruan tinggi belum tentu memiliki. ”Akibatnya, dibanding lulu-san SMK, justru banyak lulusan PT yang tidak terserap di dunia kerja,” jelasnya.
Kini saatnya para orangtua lebih berani melepas anaknya mencari ilmu dengan bekerja di luar negeri. Anggaplah bahwa bekerja tak ubahnya mencari pengetahuan baru. Walau jauh, kata Rasul, ke negeri Cina pun harus dicari.
Zaman sekarang pada dasarnya yang dibutuhkan industri adalah skill dan etos kerja yang mumpuni bukan hanya sekedar teori. Buah hati, baik laki mapun perempuan, punya peluang sama mengembangkan keterampilannya dalam bekerja di mana pun tempatnya. Buktikan bahwa alumni SMK, bisa lebih hebat daripada sarjana!
(Ganesha)