Rabu, 13 Maret 2013

Menimang Para Bintang di Pilgub Jabar 2013


Pemilihan Gubernur Jawa Barat akan dilakukan sebentar lagi. Minggu, 24 Februari 2013, masyarakat Tatar Sunda akan menentukan pilihannya. Lima pasangan calon pun sudah menanti untuk dicoblos.
...............................................
Pemilihan Gubernur Jawa Barat selalu menarik perhatian banyak pihak, bukan hanya masyarakat Jabar, namun juga secara nasional menjadi agenda yang penting. Pasalnya, Jabar adalah daerah dengan penduduk terbesar di Indonesia (43 053 732 jiwa tahun 2011). Bukan hanya itu, wilayah Jawa Barat  secara langsung berbatasan dengan daerah Ibu Kota Jakarta, bahkan menjadi penyangga jantung republik ini.
Secara rasional, Jabar berperan strategis bagi Jakarta dan Indonesia, baik dari segi sosial, ekonomi, geografis, bahkan politis. Pemilihan Gubernur Jawa Barat bisa dijadikan barometer perang suara rakyat Indonesia dalam Pilpres 2014, sehingga para petinggi parpol dari Ibukota pun berjuang gigih memenangi Pilgub Jabar.
Contohnya, Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo,  berkomentar bahwa memenangi pertarungan pada Pilgub Jabar memiliki arti penting bagi PDIP. “Bagi PDIP, Pemilukada Jabar adalah momentum untuk melanjutkan proyek sejatah dan ideologi,” tegasnya. Tokoh nasional lainnya pun tak berbeda dengan Tjahjo. Mega, Prabowo, Hatta, Ical, dan lainnya turun ke Jabar.
Terlebih Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013-2018 kali ini luar biasa. Dari jumlah pasangan terbilang banyak, ada lima calon.  Dari latar belakang calon, sederet bintang nasional ikut  di pilgub Jabar. Dengan posisi, daya tarik, dan sejumlah kelebihannya di banding provinsi lain, tidak salah kalau Pilgub Jabar jadi ajang “Perang Bintang”.  
Dari lima pasangan calon yang telah ditetapkan  Komisi Pemilihan Umum Jabar tercatat ada tiga nama selebritas yang telah lama dikenal masyarakat: Dede Yusuf yang dicalonkan Partai Demokrat, Rieke Dyah Pitaloka dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Deddy Mizwar yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dede yang saat ini menjabat Wakil Gubernur Jabar 2008-2013 merupakan bintang film, pemain sinetron, dan bintang iklan sejumlah produk. Sinetron “Jendela Rumah Kita” yang ditayangkan di era 1980-an melambungkan nama Dede sebagai salah satu selebritas papan atas pada masanya.
Sebagai calon incumbent  Dede Yusuf  tentu  punya pengalaman memimpin Jabar meski dalam posisi Jabar 2 selama ini. Ia juga mewarnai sejumlah keberhasilan Jabar meraih kemajuan dan prestasi bersama Ahmad Heryawan. Dede yang punya teureuh Ciamis, paham kondisi dan permasalahan yang ada di Tanah Pasundan. 
Sementara itu Rieke juga dikenal pula sebagai bintang sinetron, pemeran tokoh Oneng dalam sinetron Bajaj Bajuri. Nama Oneng begitu melekat di hati masyarakat. Menyebut nama Rieke, publik langsung mengaitkannya dengan peran Oneng.
Demikian halnya dengan Deddy Mizwar yang tak hanya piawai sebagai bintang film, pemain sinetron, dan bintang iklan. Deddy juga dikenal sebagai sutradara sinetron-sinetron religi yang laris seperti Para Pencari Tuhan. Sedangkan film fenomenal yang diperankan Deddy diantaranya Naga Bonar.
Dari ketiga nama itu, hanya Deddy yang masih hijau dalam kancah politik. Sementara Dede serta Rieke jauh lebih berpengalaman di perpolitikan nasional. Rieke saat ini merupakan anggota Komisi IX DPR dan sangat getol memperjuangkan nasib buruh, HAM dan gender.
Namun Deddy, si Jendral Naga Bonar itu, selama ini dikenal memiliki track record yang positif, baik secara pribadi maupun dalam kiprahnya sebagai artis berpublik figur.  
Kita menilai masuknya tiga nama itu dalam Pilgub Jabar memang tidak lepas dari popularitasnya masing-masing. Bukan semata  karena pengalamannya dalam perpolitikan. Namum secara umum, ketiganya dianggap layak jual sebagai vote getter. 
Calon lainnya juga layak disebut para bintang. Cagub Ahmad Heryawan juga bintang yang sedang bersinar. Sebagai calon incumbent , Aher adalah bintang di Jabar. Aher berasal dari Sukabumi, sebelum tahun 2008 adalah anggota DPRRI dari  Fraksi Keadilan. Selama menjadi Gubernur Jabar (2008-2013), ia meraih sejumlah keberhasilan, meraih kemajuan dan prestasi bersama Dede Yusuf  sebagai wakilnya.
Demikian juga Cagub Irianto “Yance” Saifuddin, ia bintang yang pernah bersinar terutama di daerah pesisir utara Jawa Barat. Ia mantan bupati yang tergolong cemerlang dengan sejumlah program kala memimpin Kabupaten  Indramayu selama 10 tahun (2000 s/d 2010) . 
Pasangannya, Tatang FH, juga punya track record bagus kala memimpin Kabupaten Tasikmalaya selama dua periode ( 2001-2006, dan  2006-2011). Ada sejumlah prestasi diraih Tatang FH kala memimpin Sukapura.
Kemudian Teten Masduki ia adalah bintang yang bersinar dalam perjuangan melawan korupsi di negeri ini. Namanya mencuat  ketika menjadi ketua  Indonesia Corruption Watch (ICW). Teten yang asli Garut jadi simbol perang melawan korupsi bersama tokoh lainnya Munir.
Calon lainnya Dikdik Mulyana Arief-Cecep NS Toyib sebagai calon independen, ia pun bintang yang mewakili masyarakat Jabar yang berani tampil memperebutkan posisi Jabar 1 & Jabar 2 tanpa dukungan parpol. Sangat sulit bagi seseorang di Jabar untuk bisa punya keberanian maju dalam pertarungan seperti ini. Keduanya bintang  jalur independen.
Pilihan Hati
Pilihan hati boleh jadi  karena rasa suka. Suka secara fisik, siapa yang ganteng atau cantik. Pilihan hati juga bisa karena suka gaya bicaranya dan penampilannya. Atau suka dengan cara kerjanya. Suka prinsipnya, ideologinya, kesehariannya, atau kehidupan pribadinya. Seseorang bisa jadi disukai dan dibutuhkan karena kemampuannya, atau karena kabaikannya, atau kedua-duannya. 
Tanpa ketetapan hati berdasarkan  pertimbangan emosi dan rasio, maka pilihan hati akan cenderung berubah-berubah. Kemarin memilih pasangan A, hari ini memilih pasangan B. Besok entah C atau D. 
Menetapkan pilihan sebaiknya jangan plin-plan. Memang dalam Pilgub Jabar ada banyak super star, tapi pilihkan salah satu bintang itu. Bintang terbaik dari yang baik.
Bagi para guru,  dan pendidik lainnya, pemilihan kepala daerah selalu dikaitkan dengan nasib mereka ke depannya. Nasib diri sendiri sebagai profesional, dan juga nasib dunia pendidikan secara keseluruhan. Wajar kalau guru tidak semata menggunakan emosi untuk mencoblos salah satu paket calon, namun juga memakai rasionya. Salah-salah memilih pemimpin daerah, pendidikan dan nasibnya malah terbengkalai.
Pilihan hati, akhirnya harus pasti ketika tangan sudah memegang kartu suara dan masuk ke bilik suara. Tangan membuka kartu suara, mata memandang semua calon dan akhirnya bismillah, paku ditusukkan ke gambar pasangan cagub-cawagub pilihan hati. Semoga anda tak salah pilih dalam memilih bintang.
(agus ponda/ganesha)

Tidak ada komentar: